REPUBLIKA.CO.ID, Sekretaris Deplu Australia (DFAT) Frances Adamson meminta kalangan universitas untuk melindungi diri dari semakin meningkatnya pengaruh Partai Komunis Cina (PKC). Dia meminta para mahasiswa untuk bisa terlibat dalam perdebatan yang saling menghargai daripada menyebarkan propaganda atau membungkam pandangan berbeda.
Pesan tersebut disampaikan dalam pidato singkat di institut akademis yang didanai Pemerintah Cina di Adelaide akhir pekan lalu.
Adamson mengatakan kepada "mahasiswa internasional" di Institut Konfusius Universitas Adelaide bahwa "membungkam siapa pun dalam masyarakat kita - dari mahasiswa hingga dosen hingga politisi - adalah penghinaan terhadap nilai-nilai kita".
"Tidak diragukan lagi akan ada saatnya ketika Anda menemukan hal-hal yang tidak biasa, mengganggu, atau mungkin tampak salah bagi Anda. Ketika hal itu terjadi, izinkan saya mendorong Anda untuk tidak diam dan menarik diri, atau secara membabi buta mengutuk. Tapi terlibatlah dengan cara saling menghargai," katanya.
Awal tahun ini investigasi Program Four Corners ABC News mengungkapkan adanya pengaruh Partai Komunis Cina terhadap mahasiswa internasional asal negara itu yang belajar di Australia. Penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa Beijing aktif dalam berbagai bidang.
Mulai dari mengarahkan asosiasi mahasiswa Cina, mengancam para pembangkang Cina yang tinggal di Australia, berusaha mempengaruhi proses akademis, mengkooptasi kelompok masyarakat serta mengendalikan sebagian besar media berbahasa Cina di Australia.
Saat itu kepala badan intelijen domestik Australia Duncan Lewis memperingatkan Parlemen mengenai spionase dan campur tangan asing di Australia terjadi pada "skala yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Adamson, yang posisinya di DFAT jarang membuatnya tampil menjadi sorotan, mengatakan dalam sambutannya itu bahwa universitas harus "tetap setia" terhadap nilai-nilai mereka dan "tetap aman dan kokoh". "Kita telah melihat adanya upaya mempengaruhi dan gangguan yang tidak diinginkan," katanya.
"Ketika dihadapkan pada pilihan seperti itu, terserah pada kita untuk memilih respons, apakah akan melakukan kompromi yang tidak nyaman atau memutuskan tetap setia pada nilai-nilai kita, 'kebal dari intoleransi atau pengaruh eksternal' seperti yang ditanamkan para pendiri Universitas Adelaide," tutur Adamson.
Komentar sekretaris DFAT ini menyusul peringatan yang disampaikan Perdana Menteri Malcolm Turnbull bulan Juni lalu kepada para pemimpin Asia tentang agresi Cina di wilayah tersebut. PM Turnbull memberikan pidato dalam dialog Shangri-La di Singapura yang menyiratkan bahwa Cina tidak bermain sesuai peraturan di Laut Cina Selatan.
Pemerintah Turnbull tahun ini bersiap untuk mengajukan RUU baru untuk melawan campur tangan asing dan spionase di dalam negeri Australia.
Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.