REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Arab Saudi telah menandatangani kesepakatan tentang pembelian sistem rudal S-400. Kesepakatan ini tercapai tak lama setelah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saudi melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia pada pada 4-8 Oktober lalu.
Juru bicara Layanan Federal untuk Kerja Sama Teknik Militer Maria Vorobyeva mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman tentang pembelian sistem rudal S-400 milik Rusia ini dilakukan di Riyadh. Dalam nota kesepahaman tersebut, termasuk penjualan rudal anti-tank Kornet-EM, peluncur granat AGS-30, dan senapan serbu Kalashinkov AK-103.
"Pengekspor senjata milik negara Rosoboron export menandatangani kontrak untuk lisensi produksi senjata serbaguna AK-103 dan amunisi di Arab Saudi," kata Vorobyevaseperti dikutip laman Anadolu Agency, Senin (9/10).
Sistem rudal S-400 yang diboyong Arab Saudi adalah sistem rudal anti-pesawat jarak jauh Rusia yang paling maju. Sistem ini dapat membawa tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan sasaran, termasuk rudal balistik dan jelajah.
Sistem rudal ini dapat melacak dan melibatkan 300 target dalam waktu bersamaan. Hal ini tentu memudahkan pemantauan potensi serangan pihak lawan.
Sebelumnya, Turki juga telah membeli sistem rudal S-400 Rusia. Transaksi dilakukan di tengah-tengah kekhawatiran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tentang kesepakatan tersebut.
Sebelumnya, ketika kunjungan Raja Salman ke Rusia, beberapa pengemat dan analis telah memprediksi bahwa Arab Saudi pasti berminat untuk memboyong sistem rudal milik Moskow. Salah satu alasannya adalah karena sistem rudal ini yang berhasil mematahkan perlawanan kelompok oposisi dalam perang Suriah. Arab Saudi diketahui merupakan salah satu pihak yang mendukung gerakan dan perlawanan kelompok oposisi dalam perang tersebut.