REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Wuryanto mengakui amunisi pesanan Polri yang diperuntukkan Brimob berdampak mematikan. Saat ini sebanyak 5.932 butir peluru yang dibeli Polri untuk Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) kaliber 40 x 46 milimeter itu sudah digeser ke Gudang amunisi Mabes TNI dari Bandara Soekarno-Hatta.
"Sesuai katalog ada 5.932 butir dalam 71 koli, itu disertai dengan katalog. Di situ sangat jelas dalam katalog itu bahwa amunisi itu adalah amunisi tajam, mempunyai radius mematikan 9 meter dan jarak capai 400 meter," kata Wiryanto di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Selasa (10/10).
Wuryanto memaparkan keistimewaan amunisi ini. Setelah meledak pertama, kemudian meledak kedua, efek amunisi dapat menimbulkan pecahan-pecahan, lubang-lubang kecil yang melukai maupun mematikan. Granat bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras.
"Ini luar biasa. TNI saja tidak punya senjata seperti itu," lanjutnya.
Wuryanto menegaskan pernyataannya tersebut hanya melanjutkan pernyataan Divhumas Polri maupun Menko Polhukam Wiranto. Sebelumnya Divhumas Polri menyebut amunisi itu hanya berdampak kejut dan Wiranto mengklarifikasi itu termasuk peluru tajam.
"Saya ingin melanjutkan apa yang sudah dijelaskan Divhumas Polri 6 Oktober dan setelah penjelasan Menkopolhukam. Jadi ini supaya diketahui, inilah penjelasan kelanjutan," katanya menambahkan.