REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berjanji akan tetap mempertahankan kebebasan dan demokrasi Taiwan di tengah tekanan yang terus diberikan Cina. Dalam pidatonya di peringatan Hari Nasional, ia bersumpah negaranya tidak akan tunduk pada tekanan apapun.
Cina menganggap Taiwan yang berpendirian demokratis sebagai provinsi yang tidak patuh. Hubungan Taipei dengan Beijing semakin memburuk sejak Tsai yang memimpin Partai Progresif Demokratik pro-kemerdekaan berkuasa tahun lalu.
Cina curiga Tsai ingin mendorong kemerdekaan formal untuk pulau itu. Hal yang tentu saja sangat ditentang. Cina telah memotong mekanisme dialog reguler dengan Taiwan, menggenjot latihan militer di sekitar pulau tersebut, dan meningkatkan tekanan internasional untuk membatasi langkah diplomatik Taiwan.
Tsai, yang telah berjanji untuk menjaga perdamaian dengan Cina, mengatakan pemerintahnya masih mencari terobosan dalam berhubungan dengan Beijing. Ia juga menjanjikan kebijakan yang konsisten dan stabil di Taiwan.
"Kita perlu mengingat, demokrasi dan kebebasan adalah hak yang diperoleh melalui upaya yang dilakukan oleh semua orang Taiwan yang tak terhitung jumlahnya," kata Tsai.
"Karena itu, kita perlu menggunakan semua kekuatan kita untuk mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan Taiwan," tambah dia.
Pidato Tsai ini disampaikan sepekan sebelum Cina menyelenggarakan Kongres Partai Komunis. Presiden Cina Xi Jinping, yang telah mengambil pendekatan kuat terhadap perselisihan teritorial di Laut Cina Timur dan Selatan, akan memperkuat cengkramannya pada kekuasaan wilayah.
Pemerintahan Tsai terus menggertak Beijing. Perdana Menteri baru Taiwan, William Lai, mengatakan kepada parlemen bulan lalu, Tsai adalah pekerja politik yang sangat mendukung kemerdekaan Taiwan.
Namun, Tsai juga berusaha memberi Beijing peta jalan untuk menawarkan "niat baik" Taiwan. Tawaran itu akan memberinya kesempatan untuk mengendalikan kelompok garis keras yang mendukung kemerdekaan di pulau tersebut.