REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menarik staf dari dua distrik di Malawi selatan, menyusul merebaknya isu vampir yang memicu kekerasan massa dan menyebabkan setidaknya lima orang tewas. Kepercayaan akan ilmu sihir tersebar luas di pedesaan Malawi, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Serentetan kekerasan main hakim sendiri terkait dengan rumor vampir juga meletus di Malawi pada 2002.
"Distrik-distrik ini sangat terpengaruh oleh cerita tentang pengisapan darah dan kemungkinan adanya vampir," demikian Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB (UNDSS) dalam sebuah laporan keamanan di distrik Phalombe dan Mulanje, Senin (9/10).
Koordinator PBB, Florence Rolle, mengatakan, beberapa staf PBB telah pindah, sementara yang lain masih berada di distrik-distrik tergantung pada lokasi kegiatan mereka. "UNDSS terus memantau situasi ini dengan ketat untuk memastikan semua staf PBB yang terkena dampak kembali ke lapangan sesegera mungkin," demikian Rolle.
Rolle tidak mengatakan berapa banyak pekerja yang direlokasi. Laporan UNDSS mengatakan setidaknya lima orang telah tewas di daerah tersebut sejak pertengahan September oleh massa yang menuduh mereka terkait dengan kegiatan yang berhubungan dengan vampir. Dikatakan kelompok massa yang mencari vampir telah memasang blokade jalan di distrik tersebut, sehingga meningkatkan masalah keamanan.
Presiden Malawi Peter Mutharika mengatakan bahwa laporan tersebut mengkhawatirkan dan membuat orang menderita. "Perkembangan ini sangat memprihatinkan Presiden dan seluruh pemerintah," demikian pernyataan dari kantornya.
Laporan UNDSS mengatakan bahwa rumor vampir tampaknya berasal dari negara tetangga Mozambik, meskipun tidak jelas apa yang menjadi pemicunya. Hal tersebut menyebabkan penghentian sementara aktivitas PBB di daerah tersebut hingga situasinya telah dinormalisasikan.