Selasa 10 Oct 2017 16:02 WIB

Anak Lumpuh Usai Imunisasi Masih Menanti Pengobatan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Kinanti tengah terbaring di RSU Garut, Selasa (10/10). Bocah 2,5 tahun mengalami lumpuh layu.
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Kinanti tengah terbaring di RSU Garut, Selasa (10/10). Bocah 2,5 tahun mengalami lumpuh layu.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kinanti tak paham pemberian imunisasi Measles Rubella (MR) pada 15 September 2017 lalu padanya. Sebagai bocah perempuan berusia 2,5 tahun, ia hanya bisa menerima ketika jarum suntik vaksin menembus kulit tipisnya. Selang beberapa hari, Kinanti justru mengeluhkan sulit bergerak. Bahkan kelumpuhan kini membekap tubuh mungilnya.

Perwakilan keluarga Kinanti, Undang Herman, mengatakan sekitar 3-4 hari usai imunisasi, Kinanti mengeluhkan sulit berjalan. Ketika mencoba berjalan, kaki Kinanti seakan rapuh. Berkali-kali coba, berkali-kali pula jatuh.

"Gejalanya nggak bisa jalan, dicoba jalan lalu jatuh, dicoba lagi bangkit tapi jatuh lagi. Malah menjadi kelumpuhan sekarang," katanya pada Republika.co.id, Selasa (10/10).

Sang ibu, Ai Lisna Afifah (38), tak tinggal diam atas kondisi miris Kinanti. Ai membawa Kinanti ke klinik pengobatan khusus anak. Namun akibat masalah finansial, Kinanti dirujuk ke RSU dr Slamet Garut sejak Senin 2 Oktober. Ketika di RSU, Kinanti bertemu dengan dokter yang sama seperti di klinik sebelumnya. Dokter tersebut pun akhirnya menyarankan Kinanti supaya memperoleh perawatan medis di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

"Mesti dirujuk ke RSHS karena alat dan obat tidak memungkinkan. Dokter anjurkan begitu tapi entah ditahan RSU. Saya telepon ke Bandung, RSHS persilahkan karena darurat harus ditangani mereka bilang disiapkan," ujarnya.

Ia menuding RSU Garut seolah menahan Kinanti agar tak dirawat di RSHS Bandung. Padahal, Kinanti perlu mendapat perawatan medis yang lengkap secepatnya sebelum penyakit merambat ke organ dalam.

"Kata dokter anak harus segera diobati karena masih masa inkubasi 14 hari dari kejadian. Seandainya tidak segera diatasi maka khawatir masuk ke organ lain, jantung jadi tidak bisa ditangani," ucapnya.

Pihak RSU Garut, kata dia berdalih bahwa tidak ada ruangan di RSHS Bandung buat Kinanti. Sehingga perawatan perlu diteruskan di RSU Garut saja.

"Jumat (6/10) malam rencananya dirujuk ke Bandung. Justru hari Jumat malam adu argumen dengan orang RSU karena bilang tidak ada ruangan, dan lainnya," keluhnya.

Diketahui, Kinanti bukan berasal dari keluarga mapan. Usai kematian ayahnya, ibunya harus banting tulang menghidupi Kinanti dan dua saudara sekandungnya. Ibunda Kinanti bekerja sebagai pedagang batagor keliling yang berputar dari kampung ke kampung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement