Rabu 11 Oct 2017 13:32 WIB

Bagaimana Dampak Penangguhan Visa AS ke Warga Turki?

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Bendera Amerika.
Foto: EPA
Bendera Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ratusan warga Turki, termasuk pelajar, telah terkena dampak dari sengketa visa antara Washington dan Ankara. Pengajuan visa warga Turki yang hendak ke AS ditolak, menyusul adanya pengumuman dari Kedutaan Besar AS yang mengungkapkan semua layanan visa non-imigran Turki telah dihentikan.

Ankara membalas beberapa jam kemudian dengan melakukan hal serupa. Kedutaan Besar Turki menangguhkan pengajuan e-visa dan visa on arrival untuk warga AS yang hendak pergi ke negara tersebut.

Penangguhan visa yang dilakukan AS adalah reaksi atas ditangkapnya seorang warga Turki, Metin Topuz, yang bekerja di konsulat AS di Istanbul, pekan lalu. Pihak berwenang menuduh Topuz memiliki hubungan dengan organisasi Fethullah Gulen. Gulen adalah ulama dan pengusaha yang diasingkan ke Pennsylvania dan diduga mendalangi upaya kudeta di Turki tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Warga Turki banyak mengajukan visa wisata ke AS, terutama saat musim panas, yang merupakan musim liburan bagi mereka. Seda Duran, konsultan dalam layanan konsultasi visa Global di Istanbul, mengatakan kepada Aljazirah, pengajuan visa pelajar dan visa untuk menghadiri konferensi serta acara lainnya di AS, baik bisnis maupun akademis, telah semakin meningkat jumlahnya.

"Banyak untuk tujuan pendidikan, sebagian besar untuk sekolah bahasa, ada juga pengajuan visa untuk kru kapal yang telah ditangguhkan sekarang," kata Duran.

Namun, menurutnya tidak banyak pengajuan visa pelajar untuk universitas pada Oktober ini, mengingat sebagian besar universitas di AS telah memulai kelas pada September. "Dalam beberapa kasus, ada surat penerimaan yang terlambat datang, jadi permohonan visanya akan tertunda meski tahun ajaran telah dimulai. Tapi siswa-siswa ini sekarang tidak lagi dapat mengajukan visa pelajar," ungkapnya.

Mahasiswa menjadi salah satu pihak yang paling terpengaruh atas penangguhan visa ini, baik secara finansial maupun emosional. Selain biaya pengajuan visa, kebanyakan mahasiswa juga harus melakukan pembayaran untuk program studi mereka, baik di sekolah bahasa maupun di universitas.

Ayse Erbek (21 tahun) mengatakan dia sedang mempersiapkan pengajuan visa pelajar untuk menghadiri sekolah bahasa di California saat larangan visa diumumkan. "Semuanya sesuai jadwal. Jika pelarangan itu berlangsung lama, saya akan kehilangan uang yang saya bayarkan untuk sekolah dan impian saya untuk belajar di AS akan berakhir dengan kekecewaan," katanya.

Misi AS di Turki mengatakan, mereka akan mengembalikan biaya visa sebesar 160 dolar AS kepada warga Turki yang telah mengajukannya. Ribuan pengajuan visa untuk program Work and Travel juga akan terdampak oleh situasi ini, jika perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan sampai awal tahun depan. Work and Travel adalah program pertukaran budaya internasional yang memungkinkan warga untuk tinggal di negara asing dan bekerja di sana selama beberapa bulan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement