Semakin banyak peralatan yang ada dalam rumah tangga yang bisa berbicara langsung dengan manusia pemilkinya seolah-olah mereka mahluk hidup. Inilah yang dilakukan oleh warga Australia yang tinggal di Sydney Stuart Waite.
Misalnya ketika bangun pagi, kata yang pertama kali diucapkan oleh Stuart Waite adalah "Alexa". "Ini bukan nama istri saya, ini adalah nama gadget Amazon Echo yang dihubungkan dengan berbagai peralatan di dalam rumah saya."
Ketika Stuart mengatakan 'Alexa, hidupkan lampu' maka gadget kecil ini akan mengatakan 'OK' dan ruangan di dalam rumah langsung terang benderang. Di dapur Stuart memiliki gadget pintar lainnya bernama Google Home, dan dia bertanya 'OK Google, apa yang harus saya santap untuk makan pagi?."
"Telur dadar." jawab gadget itu yang bersuara perempuan, dan alat ini menemukan bahan dan resep bagaimana membuat telur dadar.
Stuart adalah salah seorang investor dan juga terlibat dalam beberapa perusahaan start up, dan sudah menggunakan alat-alat tersebut, meski gadget seperti Amazon Echo belum lagi tersedia di Australia.
Stuart memperkirakan alat jaringan bernama Internet of Things akan lebih banyak digunakan di rumah-rumah di nmasa depan, meskipun saat ini banyak diantara kita masih belum nyaman dengan kemungkinan bahwa seluruh peralatan ini akan mendengar apa yang kita bicarakan dan menyimpan data-data tersebut.
"Alat ini selalu tersedia di dalam rumah, dan tidak harus kita pegang." katanya.
"Segera setelah kita merasa nyaman dengan keadaan bahwa alat ini bisa mendengar kita dan bereaksi atas kata-kata kunci yang kita gunakan, semua terasa seperti kehidupan normal."
Menjelang ke luar rumah Stuart mengaktifkan sistem alarm rumah di teleponnya dan mengecek keadaan anjingnya Oscar.
Karena menggunakan GPS di leher anjing tersebut yang memiliki wifi, Stuart mengetahui bahwa Oscar tidur nyenyak selama delapan jam tadi malam, dan bahkan dia bisa mengetahui pergerakan anjingnya selama siang hari ketika Stuart tidak berada di rumah.
Dibandingkan negara lain, konsumen di Australia lebih lambat mengadopsi teknologi yang tersedia seperti The Internet of Things, dibandingkan negara seperti Amerika Serikat. Menurut seorang pakar ini disebabkan karena warga di Australia masih meragukan bagaimana peralatan pintar ini menggunakan dan menyimpan data.
"Saya kira kita tidak begitu sadar mengenai beberapa kemungkinan buruknya." kata Frank Zeichner, Direktur Knowledge Economy Institute di University of Technology.
Dia mengatakan peraturan dari sisi hukum masih belum jelas mengenai masalah privasi dan juga penyimpanan data. "Pemerintah dan pembuat undang-undang keteteran karena kemajuan teknologi sudah melampau kecepatan dalam membuat aturan."
Stuart Waite mengatakan sekarang ini terserah kepada konsumen untuk melakukan penelitian sendiri, dan sadar dengan resiko yang ada sebelum mereka membeli peralatan yang bisa diperintah dan mendengar mereka di rumah tersebut.
"Ada perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon, Apple dan Google yang mengatakan bahwa berbagai peralatan ini bisa digunakan di dalam rumah." katanya.
"Namun peralatan dalam rumah kita akan terhubung dengan ekosistem yang mereka punyai, kita harus juga menyadari bahwa ini bisa digunakan mereka untuk mencari kentungan dan menggunakan data pribadi kita yang tersimpan dalam peralatan tersebut."
Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini