REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai masuknya dua pensiunan jenderal bintang tiga ke dalam jajaran kepengurusan DPP Golkar memang disengaja untuk memperkuat posisi Setya Novanto di internal parpol berlambang pohon beringin itu.
"Setya Novanto sengaja memasukkan beberapa jenderal itu sebagai salah satu cara untuk memperkuatkan posisinya di internal Golkar," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/10).
Ubedilah juga mengungkapkan, keberadaan dua jenderal tersebut akan memudahkan akses Setnov ke para petinggi militer. Selain itu, juga akan menimbulkan kesan Setnov punya 'bekingan' jenderal. Kesan ini membuat posisinya makin kuat di internal Golkar karena Setnov akan mendapat perlindungan jika ada pihak yang mengganggu.
"Jadi punya daya tahan dari posisi yang melemahkan Setya Novanto, seolah dia dibeking oleh jenderal yang punya kekuatan besar bahkan di hadapan penegak hukum," kata dia.
Dari hasil revitalisasi kepengurusan dalam rapat pleno DPP Golkar Rabu (11/10) kemarin, ada dua nama jenderal bintang tiga yang masuk kepengurusan DPP. Mereka Letjen (Purn) TNI Eko Wiratmoko dan Komisaris Jenderal (Purn) Polisi Anang Iskandar.
Eko menjabat Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan menggantikan Yorrys Raweyai dan Anang menjabat Ketua Badan Litbang Partai Golkar. Anang sendiri pernah menjabat sebagai kepala Bareskrim Polri dan kepala Badan Narkotika Nasional.
Sebelum dua nama itu, Golkar juga telah memasukkan seorang purnawirawan jenderal bintang tiga ke dalam kepengurusan periode 2016-2019, yaitu Letjen TNI (Purn) Haji Lodewijk Freidrich Paulus. Lodewijk menjabat Koordinator Bidang Kajian Strategis dan pengembangan SDM.