REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) Edy Rahmayadi menegaskan akan melarang suporter militer masuk ke dalam stadion sepak bola. Larangan itu menyusul aksi kerusuhan antara suporter Persita Tangerang dan pendukung PSMS Medan yang melibatkan suporter tentara.
"Untuk sementara ini, tidak saya izinkan prajurit-prajurit (suporter militer) ini masuk ke dalam stadion," kata Edy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/10).
Edy yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) itu menegaskan, larangan masuk stadion tersebut berlaku bagi suporter tentara di semua pertandingan sepak bola, baik Liga 1 maupun Liga 2.
Perwira bintang tiga dari Angkatan Darat (AD) itu pun berjanji akan mengusut para personelnya yang terlibat dalam kerusuhan tersebut. Jika benar bersalah, lanjut dia, maka para prajuritnya itu akan dikenai hukuman. "Akan saya hukum. Pasti akan saya hukum," ujar dia.
Menurut Edy, tak semestinya pertandingan sepak bola menjadi arena baku pukul. Apalagi kerusuhan itu sampai melibatkan personel Kostrad.
Satu suporter Indonesia kembali tewas, pada Kamis (12/10) saat laga 16 besar Liga 2 2017 yang mempertemukan tim tuan rumah Persita Tangerang melawan PSMS Medan di Stadion Mini, Persikabo, Bogor, Rabu (11/10).
Laga tersebut dihadiri para suporter sipil dan militer. Suporter tuan rumah menghadirkan para fan fanatik yang rata-rata pemuda dan pemudi sipil. Sementara, suporter tim tamu didominasi para tentara dari kesatuan Divisi 1 Kostrad, Cilidong.
Edy yang juga Ketua Umum PSSI ini pun mengakui kerusuhan tersebut melibatkan para personil militer. "Iya. Itu kebanyakan memang dari Kostrad. Ada beberapa juga yang dari masyarakat (sipil)," kata dia.
Usai pertandingan yang berakhir 0-1 untuk kemenangan PSMS itu, kerusuhan dua suporter tak terelakkan.