REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf khusus Presiden asal Papua, Lennis Kogoya meminta Kepolisian melepaskan sebelas pelaku perusakan di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia juga meminta Kepolisian tidak memproses kesebelas tersangka tersebut secara hukum.
Lennis beralasan, penahanan sebelas tersangka tersebut justru menyebabkan situasi di Papua semakin rumit. "Ini yang ditahan sebelas orang ini keluarkan saja tidak usah diproses dulu. Nanti takutnya di sana bikin massa seperti begitu. Nanti keluarga ribut (dengan) tahanan di dalam, bikin ribut lagi. Lebih baik kasih pulang saja. Malah risiko kita," ujar Lennis di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat (13/10).
Lennis menduga, perusakan terhadap kantor Kemendagri akibat rasa kesal massa yang menggelar unjuk rasa. Kejadian tersebut, kata dia, diyakininya tak direncanakan dan merupakan tindakan emosi spontanitas. "Jadi seperti yang kemarin, terjadi spontan terjadi ini. Ini kan tidak terduga, tiba-tiba kemarahan begitu. Karena rasa kesal mungkin," kata dia.
Pada Rabu (11/10) kemarin, kantor Kemendagri diserang massa yang mengatasnamakan pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Tolikara Papua, John Tabo dan Barnabas Weya. Massa yang menggelar unjuk rasa tersebut menuntut mendagri mengesahkan pasangan tersebut.
Massa tidak terima terhadap keputusan MK yang tidak memenangkan pasangan calon bupati Tolikara John Tabo-Barnabas Weya dalam Pilkada 2017. Lantaran belum ada kepastian, perusakan terhadap kantor Kemendagri pun terjadi. Sebelas orang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Berikut videonya: