Jumat 13 Oct 2017 19:08 WIB

Faktor Domestik Pengaruhi Tren Jual Saham Investor Asing

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Saham
Saham

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tren aksi jual saham oleh investor asing masih terus berlanjut hingga bulan September 2017. Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru tetap menguat dan terus menembus rekor baru.

Equity Analyst Manulife Asset Management, Andrian Tanuwijaya melihat fenomena ini  dipengaruhi oleh sejumlah faktor domestik yang pada akhirnya mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual guna mengamankan keuntungan yang telah diperoleh dari pasar saham.

Beberapa faktor tersebut adalah dugaan pelemahan daya beli masyarakat, yang tentunya berdampak pada sektor-sektor tertentu, dan kekhawatiran mengenai tensi politik menjelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

“Namun untuk saat ini kami menilai sentimen aksi jual masih bersifat temporer. Di lain pihak, secara fundamental pasar saham Indonesia masih menawarkan potensi yang menarik di tengah tema fase awal pemulihan ekonomi,” jelasnya, dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (13/10).

Ia menjelaskan, penguatan IHSG di tengah aksi jual investor asing menunjukkan semakin besarnya peran investor domestik di pasar saham Indonesia. Baginya ini hal yang sangat penting dan melegakan.

Ke depan, keyakinan investor domestik seharusnya dapat meminimalkan risiko goncangan pasar dari faktor eksternal. Di lain pihak, posisi asing yang light saat ini membuka peluang penguatan pasar saham ketika sentimen investor asing berbalik dan kembali masuk ke Indonesia.

Sebab ia masih tetap optimis akan daya tarik pasar finansial dan iklim investasi di Indonesia. Kinerja pasar saham Indonesia akan didukung oleh gabungan dari perbaikan ekonomi global dan domestik.

Dari sisi global, perbaikan ekonomi secara merata tengah berlangsung di negara berkembang maupun negara maju. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi negara Asia sebagai 'pabrik dunia' yang dominan memproduksi barang dan jasa kebutuhan bagi berbagai belahan dunia.

Sehingga dampak lanjutannya adalah meningkatnya aktivitas industri dan ekspor Asia. “Korporasi atau emiten sektor- sektor tertentu akan diuntungkan oleh kondisi ini,” jelasnya.

Faktor globa lainnya, saat ini kebijakan bank sentral dunia juga masih tetap akomodatif didukung oleh inflasi yang rendah, sehingga mengurangi tekanan bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga.

Sementara dari sisi domestik, lanjut Adrian, data makroekonomi tetap menunjukkan stabilisasi dengan inflasi terkendali, cadangan devisa mencapai rekor tertinggi, CAD terjaga, dan nilai tukar IDR yang berada dalam kisaran target pemerintah dan Bank Indonesia.

Pemulihan ekonomi memang tidak berjalan secepat yang diekspektasi sebagai akibat kebijakan pengurangan subsidi di semester pertama.

Tetapi pada semester kedua ini Bank Indonesia melakukan pelonggaran moneter, dua kali memangkas suku bunga untuk mendorong kembali laju pertumbuhan ekonomi. “Pada akhirnya hal ini dapat berdampak positif pada kinerja korporasi dan emiten,” tandasnya.

Pengurangan subsidi dalam bentuk kenaikan harga BBM dan listrik di semester pertama, lanjut Adrian, ternyata cukup berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat dan persepsi kelesuan ekonomi.

Sejak semester kedua, pemerintah berupaya memperbaiki keadaan dengan meningkatkan government spending dan mengakhiri kebijakan pengurangan subsidi, setidaknya sampai akhir tahun.

Hingga saat ini masih banyak perdebatan mengenai pelemahan daya beli masyarakat. Apakah memang terjadi secara luas, atau terjadi pada kelompok- kelompok atau sektor tertentu, atau ada perubahan dari perilaku konsumen saat ini.

Namun yang harus diapresiasi adalah sigapnya pemerintah mencermati kondisi dan mengubah kebijakan untuk menopang daya beli. Pemerintah menetapkan untuk tidak mengubah harga barang- barang subsidi seperti BBM, elpiji, dan tarif listrik yang krusial bagi masyarakat terutama kalangan menengah bawah.

Selain itu secara historis belanja pemerintah memiliki korelasi dengan daya beli masyarakat. Sehingga usaha pemerintah untuk mempercepat government spending di semester dua 2017 diharapkan juga dapat membantu daya beli masyarakat,” tegasnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement