REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Bukan rahasia umum jika petani Indonesia saat ini banyak berusia di atas 40 tahun. Padahal, sektor ini memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) muda nan mumpuni untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Sayangnya, generasi muda justru enggan untuk berkecimpung dalam duniapertanian. Kata 'kumuh' yang identik dengan pertanian menjadi penyebab tak ada rasa tertarik bagi mereka. Tetapi, bukan berarti tak ada optimisme untukmembangkitkan minat generasi muda saat ini untuk turun sebagai seorang petani. Rasa optimisme tersebut kembali hadir dengan adanya pertanian hidroponik.
Sistem pertanian ini diyakini mampu menjadi solusi untuk menarik minat generasi milenial tersebut. Sebab, menurut Kepala Balai Besar PelatihanPertanian (BBPP) Lembang Bandel Hartopo menjelaskan, pertanian hidroponik ini sangat jauh dari kesan kumuh.
Petani tidak perlu lagi menggali tanah untuk bercocok tanam. Cukup dengan memanfaatkan pipa paralon yang ditata sedemikian rupa, tanaman dapat tumbuh dengan baik. Namun, perlu dipastikan adanya aliran air dan nutrisi ke tanaman karena dua komponen ini menjadi kunci dalam pertanian sistem hidroponik. Media tanam yang digunakan pun bukan lagi tanah, melainkan arang sekam, spons ataupun expanded clay.
Pemanfaatan pertanian sistem hidroponik tidak memerlukan lahan luas untuk penerapannya. Sehingga, cara ini juga bisa diterapkan bagi masyarakat kota yang ingin bercocok tanam.
"Ini lah salah satu yang bisa mengatasi petani gurem dan pertanian dikota yang memiliki keterbatasan lahan," ujarnya sambil berkeliling melihatlahan pertanian hidroponik di BBPP Lembang, Jumat (13/10).
Banyak tanaman yang bisa tumbuh baik melalui hidroponik, tentunya, bukan tanaman berbatang besar. Tanaman yang dapat tumbuh dengan sistem ini adalah tanaman sayuran dan buah seperti tomat, paprika, cabai, tanaman sayuran daun, melon, dan sebagainya. Nilai jual produk hasil hidroponik pun jauh lebih tinggi.
Sebagai contoh, Bandel menjelaskan, tanaman selada yang ditanam dengan cara hidroponik memiliki nilai tinggi karena tidak bersentuhan dengan tanah. Hal tersebut membuat tanaman selada jauh lebih bersih dibanding tanaman serupa dengan pertanian biasa.
"Bentuknya menarik untuk dimakan," katanya.