Sabtu 14 Oct 2017 10:31 WIB

IAEA: Iran Telah Laksanakan Kesepakatan Program Nuklir

Kepala badan pengawas nuklir dunia IAEA Yukiya Amano juga bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Ahad, 20 September 2015.
Foto: AP
Kepala badan pengawas nuklir dunia IAEA Yukiya Amano juga bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Ahad, 20 September 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano pada Jumat (13/10), mengatakan, Teheran telah bekerja sama dengan badan pengawas atom tersebut untuk melaksanakan komitmen terkait program nuklir yang harus dilakukan oleh Teheran. "Iran sekarang untuk sementara melaksanakan Protokol Tambahan bagi Kesepakatan Perlindungan Menyeluruhnya dengan IAEA, alat pengabsahan yang kuat yang memberi para penyelidik kami akses lebih besar bagi informasi dan dan lokasi di Iran," kata Amano.

Berdasarkan kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015, IAEA diminta mengabsahkan apakah Iran memenuhi komitmennya untuk mengurangi program nuklirnya dan memberi transparan lebih besar pada rencana atomnya. "Sebagaimana telah saya laporkan ke Dewan Gubernur, komitmen yang berkaitan dengan nuklir yang dilakukan oleh Iran berdasarkan JCPOA dilaksanakan," kata Amano, sebagaimana dikutip Xinhua, Sabtu (14/10).

Namun Presiden AS Donald Trump, di dalam upaya terakhirnya untuk memenuhi janji kampanyenya, pada Jumat memberi pukulan keras terhadap kesepakatan nuklir Iran tanpa menghapuskannya. "Saya mengumumkan hari ini bahwa kami tidak bisa dan takkan membuat sertifikasi ini (mengenai kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir)," kata Trump di Gedung Putih, saat ia mengungkapkan strategi baru pemerintahnya mengenai Iran.

Pencabutan sertifikasi itu tak akan membuat Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada saat ini. Tetapi, itu akan membukan jendela 60-hari, yang memungkinkan Kongres AS memberlakukan kembali sanksi yang berkaitan dengan nuklir atas Iran, langkah yang akan berarti pelanggaran terhadap kesepakatan oleh pihak AS.

Selama pidatonya pada Jumat, Trump menyebut kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), sebagai, "Salah satu transaksi yang paling jelek dan paling satu pihak yang pernah dimasukan Amerika Serikat". Trump menyalahkan Iran karena melakukan "Banyak pelanggaran kesepakatan" dan "Tidak menghidupkan semangat kesepakatan tersebut".

Tuduhannya mengenai pelanggaran Iran terhadap kesepakatan itu tampaknya bertolak-belakang dengan pernyataan Menteri Dalam Negerinya Rex Tillerson, yang sebelumnya mengatakan berdasarkan JCPOA, Amerika Serikat tidak membantah bahwa Iran "Melakukan kepatuhan teknis".

sumber : Antara/Xinhua
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement