Sabtu 14 Oct 2017 17:22 WIB

Pengobatan Tradisional Harus Mampu Dijelaskan Secara Ilmiah

Obat-obatan tradisional asal Cina
Obat-obatan tradisional asal Cina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut HUT ke-7, Yayasan Ilmu Kesehatan Ruang Tubuh Indonesia (yang merupakan anggota Perkumpulan Terapis Kesehatan Holistik Indonesia (PTKHI), mengadakan Seminar kesehatan bertajuk “Sehat bersama Body Space Medicine” pada Sabtu (14/10).

Berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Body Space Medicine (BSM) merupakan Ilmu Kesehatan dan Metode Terapi yang menjembatani Pengobatan Tradisional Komplementer asal Cina yang berasal dari Kitab Pengobatan Klasik Kaisar Kuning 5.000 tahun yang lalu dengan pengobatan konvensional era saat ini.

Menurut Sekjen PTKHI Ekawahyu Kasih, seminar BSM Indonesia ini diadakan dalam rangka semakin menguatkan upaya lembaganya untuk rasionalisasi terapi tradisional komplementer yang selama ini terkesan kurang ilmiah menuju saintifikasi terapi. Paradigma zaman dahulu, kata dia, terapis begitu berkuasa dalam melakukan terapi kepada pasiennya yang sekarang tidak dapat lagi diterapkan di zaman milenial ini.

“Semua jenis pelayanan terapi harus mampu dijelaskan secara ilmiah dengan bukti-bukti empiris yang dapat dipertanggung jawabkan serta mudah diakses informasinya oleh siapa pun. Perkembangan terapi tradisional komplementer di Indonesia masih sangat ketinggalan dibandingkan kawasan Asia Tenggara lainnya,” ujar Ekawahyu dalam siaran pers.

Di sisi lain, menurut Ekawahyu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menangani praktik kesehatan tradisional komplementer, belum memiliki cetak biru pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan tradisional, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar.

Atas dasar itu, beberapa organisasi dan praktisi kesehatan holistik menggagas berdirinya PTKHI guna membantu Kemenkes untuk mengembangkan, mengawasi, dan mengevaluasi para terapis kesehatan tradisional komplementer.

“Kami berkomitmen untuk mewujudkan terapi kesehatan tradisional komplementer yang aman, efektif, terukur, efisien baik preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap klien yang menginginkan kesehatan secara holistik bersama PTKHI," kata Ekawahyu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement