REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud mendukung strategi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terkait Iran. Dukungan diberikan Raja Arab Saudi ketujuh itu melalui sambungan telepon.
Seperti dilansir laman Arabnews, Ahad (15/10) raja mendukung langkah yang diumumkan oleh Trump guna melawan agresi Iran dan dukungannya terhadap terorisme di wilayah tersebut. Raja melanjutkan, langkah itu dibutuhkan guna menekan aksi teror dan ekstrimis.
Raja Salman mengecam Iran sebagai negara eksportir ekstremis ke seluruh dunia. Dia juga pernah berjanji untuk melenyapkan ISIS. Tak hanya memberikan dukungan, keduanya juga membahas kerjasama bilateral lainnya.
Seperti diketahui, Trump menolak kelanjutan penandatanganan kesepakatan nuklir internasional dengan Iran. Dia menilai Iran melanggar kesepakatan 2015 tentang pembatasan kapabilitas nuklir guna melonggarkan embargo internasional.
Sementara, pendertiaan siap menyambut warga Iran terkait keputusan yang diambil Donald Trump. Euforia berbeda dirasakan saat warga menyambut kesepakatan nuklir pada 2015 lalu.
Strategi yang akan diberlakukan Trump dinilai dapat melukai penduduk Iran. Warga khawatir bahaya kemunduran ekonomi mereka setelah keputusan tersebut.
"Kami terancam jatuh kembali seperti era Ahmadinejad yang juga penuh sanksi. Nilai mata uang bisa saja melemah jika kondisi ini terus berlanjut," kata Mohammad Najib seperti dikutip Aljazeera.
Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Setelah pidato Trump di PBB pada September lalu terkait program nuklir, nilai Rial Iran jatuh dari 39 menjadi 40 per dolar dalam waktu 16 hari.
Berapa media menyebut para pemimpin bisnis di Iran menyalahkan Trump lantaran melambatnya iklim investasi di negara tersebut. Survei yang dilakukan pada Agustus kemarin terhadap 700 perusahaan di Iran mengungkapkan, 70 persen investor internasional percaya ekonomi Iran bakal melamban dari biasanya. Dari angka itu, 76 persen percaya hal itu dikarenakan tekanan sanksi Amerika Serikat.
Presiden Iran, Hassan Rouhani menyebut Trump telah melakukan tuduhan tidak terbukti. Dia melanjutkan, dakwaan tersebut merupakan penghinaan bagi rakyat Iran.
Rouhani menegaskan, Iran tidak akan tunduk pada negara manapun saat ini dan dimasa depan. Hal itu disampaikan Rouhani dalam pidato kenegaraan yang disiarkan melalui televisi.
Sentimen serupa juga dilontarkan rakyat Iran, hingga warga yang mengaku tidak mengikuti dunia politik secara reguler. Seorang mahasiswa teknik di kota Qazvin, Amir Ali menyebut Trump seorang yang gila yang bahkan tidak disukai penduduknya.
Seorang warga Isfahan, Ahmad Jafari bahkan menyakan Trump dengan Mahmoud Ahmadinejad. Mereka sama-sama dipersalahkan atas resesi ekonomi Iran selama delapan tahun belakangan. "Saya tidak suka Trump dan politik yang diambilnya," kata mahasiswa seni di Tehran ini.
Siswa lainnya, Sadra Mirsharifi berharap, Eropa tidak akan mendukung langkah yang diambil Trump. Dia mengatakan, warga Iran akan sangat marah jika dia ingin mengembalikan boikot dan sanksi.