REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru pelajaran Teknologi Informasi (TK) di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Nunuk Riza Puji mengatakan, jika sarana prasarana sekolah kurang ideal bukanlah masalah. Dibutuhkan kreativitas guru untuk menyampaikan materi di tengah kurangnya sarana prasarana.
Nunuk tidak memungkiri kalau ada fasilitas memang hasil kegiatan belajar mengajar jauh lebih baik. Namun, kata dia, kurangnya sarana prasarana tidak boleh jadi alasan. Ia berharap jangan sampai minim fasilitas membuat murid dikorbankan.
Ia yakin pemerintah akan mendengar keluhan kurangnya fasilitas sarana prasarana sekolah dan mungkin akan melengkapinya sesuai permintaan. Tetapi selama belum diberikan, ia meminta para guru ikut ambil peran dan bersinergi.
"Memainkan kreativitas guru bisa jadi solusi," katanya kepada Republika.co.id usai Temu Pendidik Nusantara 2017, di Jakarta, Ahad (15/10).
Nunuk menyontohkan sekolahnya yang terletak di tengah hutan yang tak memiliki unit komputer (PC). Padahal, untuk mengajarkan komputer dibutuhkan unit komputer.
Sekolah tempat ia mengajar memang diakui jauh dari akses. Bahkan kecamatan terdekat baru bisa dicapai setelah satu jam perjalanan. Tak hanya itu, jarak rumahnya ke sekolah tempat ia mengajar membutuhkan dua jam perjalanan. Ia juga masih naik trail, tantangan alam seperti longsor dan hujan harus dihadapi. Namun, ia tak patah semangat. Apalagi setelah ia menghadiri pertemuan pendidik se-Indonesia, ia mengetahui kalau mengajar tak harus di kelas.
Nunuk memutar otak untuk tetap mengajarkan komputer pada peserta didiknya. Akhirnya laptop yang dimilikinya digunakan mengajarkan materi komputer di kebun stroberi. Ia juga mengajari murid-muridnya materi komputer dengan aplikasi permainan seperti permainan aplikasi Pokemon Go.
Meskipun penggunaan komputer harus bergantian dan waktunya jadi lebih lama tetapi ia tetap bangga anak-anak itu bisa mengimbangi kemampuan anak di kota. Dengan model pengajaran seperti ini, ia berharap 105 murid-muridnya mengerti cara belajar komputer.
"Jadi, sarana prasarana itu bukan jadi masalah. Yang jadi masalah itu kreativitas guru," kata pria yang sudah tujuh tahun menjadi guru ini.