REPUBLIKA.CO.ID, MEBOURNE -- Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop telah menepis ancaman terbaru Korea Utara terhadap Australia dengan mengatakan Pemerintah akan terus menekan rezim nakal tersebut untuk meninggalkan program senjata nuklirnya.
Kantor berita Korea Utara telah melontarkan kecaman verbal terhadap Menlu Julie Bishop, dengan menuduh Australia telah bergabung dengan "provokasi politik dan militer AS yang menghina " terhadap Pyongyang.
Kecaman itu juga memperingatkan Australia "tidak akan bisa menghindari bencana" jika terus bekerja dengan AS dan terus meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara atas uji coba senjata nuklirnya.
Namun, Julie Bishop mengecilkan prospek serangan militer terhadap Australia, dan memberi label perilaku Korea Utara sebagai tindakan yang "provokatif, ilegal dan mengancam."
"Australia bukanlah target utama, dan Korea Utara telah melakukan ancaman terhadap Australia sebelumnya," kata Julie Bishop.
"Ancaman mereka hanya akan memperkuat tekad kami untuk menemukan solusi damai terhadap ketegangan di Semenanjung Korea."
Julie Bishop menegaskan Korea Utara sepenuhnya dipersalahkan atas kondisi meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, karena telah menentang resolusi Dewan Keamanan PBB dan memaksakan diri melakukan uji coba nuklir.
"Australia akan terus bekerja sama dengan sekutu, teman dan mitranya dalam strategi kolektif untuk menerapkan tekanan maksimum – baik secara diplomatik maupun ekonomi - pada rezim Korea Utara sehingga mereka mengubah tingkah lakunya dan kita memaksa Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan."
Peringatan Korea Utara ke Australia
Dalam pernyataannya, kantor berita Korea Utara secara pribadi juga mengkritik Julie Bishop, yang mengunjungi perbatasan antara kedua wilayah Korea akhir pekan lalu.
"Menteri Luar Negeri Australia secara pribadi telah menyatakan dukungannya terhadap pendirian AS untuk mempertimbangkan semua opsi termasuk penggunaan kekuatan terhadap Negara Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK)" tulis kantor berita itu.
"Dan [Julie Bishop] tiba di Panmunjom pada tanggal 11 Oktober bersama dengan Menteri Pertahanan Australia untuk mengutuk DPRK selama kunjungannya ke Korea Selatan."
Pyongyang juga menuduh Australia membiarkan AS menggunakannya sebagai "basis garis depan untuk invasi AS ke DPRK". Dan menyebut hal itu sebagai "tindakan bunuh diri yang dapat mengembalikan kesengsaraan yang telah dilalui Australia selama masa Perang Korea yang lalu."
Sementara itu sebelumnya, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull telah bersumpah jika terjadi konflik militer antara Korea Utara dan AS maka Australia akan bergabung dalam konflik dibelakang sekutunya. Namun Menlu Julie Bishop berulang kali menekankan perhatian utama Pemerintah Australia adalah untuk menemukan solusi damai mengenai konflik tersebut.
Dan dia memperkirakan Korea Utara mungkin akan mencoba "mempermalukan" China dengan meluncurkan uji coba nuklir lain bertepatan dengan Kongres ke-19 Partai Komunis China akhir pekan ini.
"Kemungkinan akan ada tindakan provokatif lain yang akan dilakukan sekitar saat berlangsungnya Kongres Partai Komunis Cina ke-19. Kami harap tidak, tapi ini nampaknya telah menjadi sebuah pola perilaku," katanya.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.