Selasa 17 Oct 2017 08:24 WIB

Sanksi Ekonomi Makin Berat, Korut Legalkan Judi Pacuan Kuda

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Arena pacuan kuda (ilustrasi)
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Arena pacuan kuda (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Para petaruh di Korea Utara kini bisa secara legal berjudi di pacuan kuda lokal. Seiring makin beratnya sanksi, Korea Utara harus menggali segala rupa sumber pendapatan.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membangun resort, kolam renang, dan fasilitas liburan mewah lainnya untuk membuka pasar yang dapat menjaring kekayaan individu-individu kaya. Judi di pacuan kuda Mirim Horse Riding Club di bawah bendera keluarga Kim dekat Pyongyang juga mulai beroperasi, demikian dilansir kantor berita Korea Utara, KCNA pada Senin (16/10).

Pada joki umur belasan tahun bisa ikut menunggang kuda pacu taruhan. Ratusan petaruh mengikuti pacuan kuda di Mirin yang mayoritas berwarna putih dan hitam. Di Korea Utara, kuda terutama kuda putih merupakan simbol propaganda tradisional yang diasosiasikan dengan keluarga Kim.

Kepala Pusat Riset Ekonomi Industri Korea Utara Na Jeong-won di Seoul mengatakan, keluarga Kim juga berencana membangun taman bermain, resort di dataran tinggi, dan klub pacuan kuda untuk mendorong kesejahteraan masyarakat di sana. ''Namun, tujuan utamanya adalah menjaring valas,'' kata Na seperti dikutip Reuters, Senin (16/10).

Akses Korea Utara terhadap valas terhambat oleh sejumlah sanksi internasional karena program senjata nuklir yang mereka lakukan, termasuk blokade ekspor produk batu bara, tekstil, dan sumber pangan laut.

Peneliti Pusat Studi Persatuan Ewha Womans University Seoul, Lee Sang-keun, menyatakan target utama semua layanan kenyamanan dan liburan yang dibangun Korea Utara adalah masyarakat kelas atas di sana. Orang luar Korea Utara boleh saja mengejek Kim Jong Un karena membangun semua fasilitas mewah itu sambil berusaha memberi makan rakyatnya.

''Itu semua untuk menjaring valas. Bukan dari orang asing, tapi untuk orang-orang kaya di Korea Utara. Di sana, orang kaya bertransaksi memakai dolar dan renminbi,'' kata Lee.

Banyak warga Korea Utara mendapat untung dari perdagangan internasional. Mereka bisa makan hamburger di restoran dan berjalan-jalan di mal. Itu sebabnya, kata Lee, rezim di Korea Utara masih punya uang meski sanksi internasional kiat menjepit.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement