REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Sebanyak 12 daerah di wilayah Provinsi Papua Barat masih berstatus endemis tinggi pada kasus penyakit malaria. Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Otto Parorongan, di Manokwari, Selasa (17/8) mengatakan bahwa pemerintah terus menggenjot upaya eliminasi malaria di seluruh daerah tersebut.
Dia menyebutkan, dari 13 kabupaten/kota di Papua Barat, hanya Pegunungan Arfak yang bebas kasus penyakit malaria dan filariasis atau kaki gajah. "Pegunungan Arfak adalah daerah yang dingin. Nyamuk tidak bisa hidup pada suhu dingin," kata dia.
Ia menyatakan, sejauh ini tidak ada kasus malaria yang ditemukan di daerah yang kaya akan potensi pariwisata tersebut. Begitu pun kasus penyakit kaki gajah. "Kalau ada warga yang mengidap malaria adalah penyakit bawaan dari Manokwari atau daerah lain yang terdekat," katanya lagi.
Otto menyebutkan, pada kasus malaria, sebanyak 12 kabupaten/kota Papua Barat merupakan daerah endemis tinggi. Pada kasus filariasis, 12 daerah ini endemis sedang. "Hanya Pegunungan Arfak yang bebas dari semuanya. Kami bersyukur ini menjadi modal bagi daerah untuk mengembangkan pariwisata," katanya pula.
Pemerintah baik pusat maupun daerah terus bekerja keras untuk menekan kasus malaria dan filariasis di daerah itu. Program elimininasi digenjot untuk mewujudkan Papua Barat bebas malaria dan kaki gajah.
Ia menegaskan, pemerintah telah mencanangkan program pemakaiam kelambu. Tahun ini pemerintah membagikan kelambu sebanyak 425 buah secara gratis kepada masyarakat.
Selain itu, pihaknya terus menggenjot kinerja seluruh puskesmas, baik pada program pengobatan maupun penyuluhan. "Untuk kaki gajah, setiap bulan Oktober selama lima tahun kami bagikan obat antifilariasis. Saat ini sudah masuk tahun ketiga," ujarnya lagi. Otto mengajak partisipasi seluruh warga untuk bersama-sama melaksanakan gerakan eliminasi dua penyakit tersebut.