Selasa 17 Oct 2017 11:25 WIB

Ilmuwan Muslim Terus Sempurnakan Ilmu Farmasi

Red: Esthi Maharani
Obat-obatan, ilustrasi
Foto: Amin Madani/Republika
Obat-obatan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Bermula dari sebuah perintah, gerakan penerjemahan buku-buku kimia berlangsung masif. Khalid bin Yazid (meninggal pada 704 Masehi), pangeran dari Dinasti Umayyah, berada di balik titah penerjemahan itu. Ia sangat menyukai kimia, dan untuk memperdalamnya, ia menyerap buku-buku rujukan dari masa Yunani kuno.

Salah satu naskah penting yang turut diterjemahkan adalah De Materia Medica yang ditulis oleh Dioscorides. Karya ini menerangkan resep obat-obatan yang dihasilkan melalui proses kimiawi dan alamiah. Dengan pemahamannya yang mendalam pada bidang ini, kemudian Khalid dianggap sebagai pembuka pintu perkembangan farmasi.

Ilmuwan Muslim terus melaju dengan mempelajari dan menyempurnakan pengetahuan tentang farmasi. Mereka akhirnya mampu meracik dan menemukan beragam obat yang bermanfaat bagi masyarakat. Zakaria Virk dalam artikel Muslim Contribution in Pharmacy menggambarkan pencapaian-pencapaian Muslim.

Muslim yang pakar di bidang farmasi berhasil memetakan 600 jenis tumbuhan beserta khasiatnya. Virk menambahkan, pengetahuan mendalam tentang taksokologi, seperti racikan racun, obat anti racun, serta metode deteksi racun, merupakan dasar dari seni farmasi umat Islam.