REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keteladanan terpancar dari salah seorang tokoh generasi tabiin, yaitu Urbah bin az-Zubair. Sosok yang menjadi salah satu figur rujukan ilmu pada masa itu dikenal dengan pribadi yang berkarakter. Ia seorang zuhud dan tak terbelenggu dengan nafsu duniawi.
Seperti dikisahkan dari buku Mereka Adalah Tabiin, pagi itu matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan menyapa ramah setiap pelataran Masjid al-Haram, Makkah. Sejumlah sahabat dan pentolan tabiin tengah mengharumkan suasana lewat lantunan tahlil dan takbir.
Mereka membentuk halakah-halakah, berkelompok di sekeliling Ka'bah. Mereka memanjakan pandangan matanya, saling berbagi cerita, tanpa senda gurau yang mengandung dosa.
Di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja bersaudara. Mereka terlihat tampan dengan pakaiannya yang putih bersih. Keempat remaja itu adalah Abdullah bin Zubair, Mus'ab bin Zubair, Urwah bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan.
Setelah berdoa, mereka saling bercerita tentang kenikmatan berzikir. Salah satu di antara mereka mereka mengusulkan agar masing-masing mengemukakan cita-cita yang dipanjatkan ketika berzikir dan berdoa.
Abdullah bin Zubair membuka usulan dan berkata. "Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya." Setelah Abdullah bin Zubair bercerita, baru Mush'ab juga bercerita. "Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku," ujarnya.
Setelah kakak beradik itu menyampaikan cita-citanya, giliran Abdul Malik bin Marwan menyampaikan isi doanya. "Bila kalian berdua sudah merasa cukup dengan itu maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu'awiyah bin Abi Sufyan," katanya