Selasa 17 Oct 2017 18:39 WIB

Menteri Tjahjo tak Tahu Alasan Djarot Absen Sertijab

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bilal Ramadhan
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Djarot Syaiful Hidayat
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Djarot Syaiful Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan tidak mengetahui alasan mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat tidak menghadiri agenda serah terima jabatan (Sertijab) kepada Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

"Maaf saya tidak bisa jawab, karena tidak tahu alasannya. Silahkan tanya pak Djarot sendiri kenapa tidak hadir," kata Tjahjo melalui pesan singkat, Selasa (17/10).

(Baca: PDIP: Djarot tak Diundang dalam Acara Pelantikan Anies-Sandi)

Djarot diketahui sedang berlibur ke Nusa Tenggara Timur saat seharusnya dia menghadiri agenda Sertijab di Balai Agung, Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (16/10) kemarin. Ajudan Djarot, Monang, mengatakan liburan tersebut sebetulnya sudah dirancang sejak lama.

Sertijab kepada kepala daerah yang baru, diatur dalam Peraturan Presiden 16/2016 tentang tata cara pelantikan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota. Khususnya pada pasal 13.

Pada ayat (1) pasal 13, disebutkan bahwa penyerahan memori sertijab dilakukan dari gubernur dan wakil gubernur yang digantikan, kepada gubernur dan wakil gubernur yang menggantikan. Ayat (3) menyebutkan, sertijab gubernur ini disaksikan oleh Menteri atau bisa juga pejabat yang ditunjuk.

Lantas, ayat (5) mengatur, ketika gubernur dan wakil gubernur yang digantikan itu berhalangan hadir, maka memori sertijab disampaikan oleh Sekretaris Daerah. Dalam konteks sertijab kepada Gubernur Anies dan Wagub Sandiaga kemarin, Sekda DKI Saefullah memang hadir dan melakukan sertijab kepada Anies dan Sandiaga.

Namun, ayat berikutnya mengatur soal tiga kondisi yang dimaksud berhalangan hadir pada ayat (5) tersebut. Pertama, menderita sakit yang membuat fisik maupun mental tidak berfungsi secara normal. Alasan sakit ini pun harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang berwenang. Kedua, tidak diketahui keberadaannya, dan ketiga, meninggal dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement