REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur merelokasikan warga Desa Lamagute dan Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur yang masuk dalam kawasan rawan tanah longsor.
"Dua desa ini masuk dalam daerah merah yang rentan terhadap bencana tanah longsor karena berada di lereng Gunung Ileape," kata Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Lembata Karel Burin ketika dihubungi dari Kupang, Selasa (17/10).
Dua desa yang dihuni sekitar 1000 jiwa itu telah mengungsi ke Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata menyusul terjadinya gempa bumi yang menghancurkan puluhan rumah warga setempat serta putusnya askes transportasi menuju dua desa, Selasa (10/10) lalu.
"Keputusan merelokasi warga dua desa itu dilakukan dalam rapat dipimpin langsung Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday. Dua desa itu sangat rentan terhadap bencana tanah longsor karena berada tepat dilereng Gunung Ileape dengan kemiringan 60 derajat," kata Burin.
Rencana melakukan relokasi warga itu, menurut dia, telah disampaikan kepada warga dua desa yang juga mendukung dilakukan relokasi ketempat yang aman.
Menurut Burin, Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday juga telah menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial setempat mengidentifikasi lokasi yang aman sebagai tempat relokasi warga dua desa itu.
Ia mengatakan lokasi sebagai kawasan relokasi warga harus aman serta memiliki lahan yang luas untuk usaha pertanian. "Para pengungsi dari dua desa itu masih bertahan di Lewoleba. Pemerintah telah mengizinkan warga kembali ke desa masing-masing sambil menunggu proses relokasi dilakukan pemerintah dengan prinsip harus tetap waspada selama berada di daerah itu," kata Burin.
Burin menambahkan pemerintah akan memperbaiki jalan raya sepanjang 2,3 km yang rusak akibat gempa demi memudahkan evakuasi warga jika terjadi bencana alam.