REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Asuransi Indonesia (DAI) menyatakan penetrasi industri asuransi di Indonesia relatif masih kecil. Pada 2016, penetrasinya baru 1,7 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Kalau kita lihat, angkanya memang kecil tapi harus kita sadari angka GDP kita sebenarnya memang besar. Dengan begitu kelihatannya angka penetrasi asuransinya kecil," kata Ketua Umum DAI Hendrisman Rahim kepada wartawan di Jakarta, Selasa, (17/10).
Ia menjelaskan, berdasarkan data 2013, penetrasi asuransi di Indonesia hanya 0,7 persen dan berada di peringkat 74 dibandingkan negara lain. Meski begitu, untuk total preminya justru ada di peringkat 33 dunia.
Jadi, kata Hendrisman, jika penetrasi naik antara satu sampai dua persen, maka total premi yang dikumpulkan akan lebih cepat melonjak. Hendrisman memaparkan, ada beberapa penyebab penetrasi asuransi di Indonesia masih kecil. Pertama, saat ini masyarakat masih menganggap asuransi sebagai kebutuhan sekian dari kebutuhan hidupnya.
Hal itu, kata dia, karena belum banyak pula masyarakat yang mengerti soal asuransi. "Penyebab selanjutnya, perusahaan asuransi belum bisa jangkau seluruh masyarakat Indonesia," tutur Hendrisman.
Kini untuk meningkatkan penetrasi asuransi di Tanah Air industri asuransi mulai masuk ke asuransi mikro. Dengan begitu diharapkan bisa menjangkau masyarakat Indonesia terutama kelas menengah bawah.