Rabu 18 Oct 2017 05:24 WIB
Belajar Kitab

Bukti Kekuasaan Allah

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Alam semesta
Foto: http://scitechie.com
Alam semesta

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Hujjatul Islam Imam al-Ghazali menjelaskan tujuh jalan untuk menuju Allah dalam bukunya Mi'rajus Salikin yang berarti perjalanan salik atau pencari kebenaran. Konsep alam semesta dibahas pada bagian ketiga.

Ini merupakan bab paling panjang dan mendalam. Di sini pembaca akan diarahkan sang penulis kepada pembahasan mengenai alam dalam tradisi falsafah. Ada yang beranggapan bahwa Allah menciptakan alam semesta, kemu dian membiarkannya bergerak sendiri. Pandangan falsafah yang keliru seperti Allah hanya mengetahui hal-hal umum, bukan hal partikular, dibantah di bab ini.

Bahwa Allah mengetahui semuanya. Se mua pengetahuan Allah sudah tersimpan di lawh mahfuz. Teori kausalitas juga dijelaskan di sini. Allah sangat mengetahui semua sebab. Sedangkan ciptaan, termasuk di dalamnya malaikat, nabi, rasul, dan lainnya, hanya mengetahui sedikit hal tentang sebab yang ada di alam.

Allah bisa berbuat apa saja di alam ini sesuai yang dikehendaki. Sebab dan akibat tak selamanya saling berhubungan. Api belum tentu bisa membakar jika Allah mengintervensi, seperti yang dialami nabi Ibrahim yang dibakar oleh Namruj. Ternyata api tak bisa membakar sang nabi, karena intervensi ilahi.

Ini adalah bukti kekuasaan Allah atas alam semesta. Al-Ghazali menjelaskan, di mata Allah, alam adalah ibarat meja makan, yang bisa diputar-putar semaunya. Sedangkan ilmu Allah tentang segala makhluk yang detail lebih kecil dibandingkan meja makan tersebut. Perumpamaan tersebut dipaparkan sang imam untuk membantah mereka yang meremehkan kemampuan Allah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement