REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada orang hidup yang tak punya masalah. Tak ada keluarga yang terbebas dari masalah. Maka mintalah pertolongan Tuhan untuk dapat membantu menyelesaikannya.
Demikian pesan yang disampaikan Menag Lukman Hakim Saifuddin di hadapan tiga puluh pasang calon pengantin yang mengikuti Bimbingan Perkawinan (Bimwin) di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. “Selesaikan masalah keluarga di atas sajadah,” pesan Lukman di Jakarta, kemarin.
Menurut Lukman, bagi masyarakat perkotaan, saat ini, memang bukan hal mudah untuk melakukan shalat berjamaah dengan keluarga. Namun, hal itu perlu dibangun sejak awal.
“Usahakan, di antara shalat lima waktu, ada satu kali kita shalat berjamaah dengan pasangan kita,” ujar ayah dari 3 orang anak ini. Kebiasaan shalat berjamaah patut dibangun untuk membangun komunikasi dan kebersamaan dalam keluarga.
Menurut Lukman, pesan ini beliau dapat dari orang tuanya ketika akan melangkah pada jenjang pernikahan, dan telah diterapkannya. “Saya turunkan ini, dan itu sangat efektif. Selain kita bisa berkomunikasi dengan pasangan kita, setidak-tidaknya kita bisa memohon kepada Tuhan. Kenapa kita memohon kepada Tuhan? Bahwa pasangan kita, itu tidak hanya kita yang memilih, tapi Tuhan yang memilihkan buat kita,” ujar Menag, yang kehadirannya menjadi kejutan bagi peserta Bimwin kali ini.
Pada kesempatan tersebut, Lukman juga mengajak pasangan muda ini untuk mempersiapkan diri mencintai pasangan seutuhnya setelah akad nikah dilaksanakan. Baginya penting untuk tiap pasangan memahami arti mencintai. “Esensi dari mencintai, itu memberi. Jadi, kita harus lebih banyak memberi daripada menuntut, daripada meminta,” ujarnya.
Menag berharap, melalui kegiatan Bimwin yang diikuti, para pasangan dapat membentuk rumah tangga yang kuat. Dari rumah tangga yang kuat, sakinah, mawadah, warahmah, diharapkan akan lahir generasi yang kuat.
Kegiatan Bimbingan Perkawinan merupakan program nasional yang ditujukan bagi calon pengantin. Pada pelaksanaanya, bimbingan perkawinan ini diselenggarakan dengan durasi 16 jam pelajaran, atau setara 2 hari.
Dengan menggunakan pendekatan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD), para catin dibimbing oleh para fasilitator yang berasal dari Kementerian Agama, Kementerian terkait lainnya, serta lembaga lain yang telah memenuhi persyaratan.
“Saya senang acara semacam ini. Semoga program ini bisa terus berjalan, sehingga kita sebagai generasi, dan sebagai bangsa pada akhirnya memiliki kekuatan dan ketahanan yang maksimal, yang optimal,” tandas Menag.