Rabu 18 Oct 2017 09:03 WIB

Serangan EMP Korut Bisa Tewaskan 90 Persen Warga AS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sejumlah pakar nuklir telah memperingatkan Kongres AS untuk tidak mengabaikan senjata baru yang telah dikembangkan Korea Utara (Korut), yaitu Electromagnetic Pulse (EMP). Senjata nuklir ini diperkirakan dapat mematikan jaringan listrik AS dan menewaskan sebagian besar warga AS dalam waktu satu tahun.

Korut mengatakan dalam sebuah pernyataan publik, bom nuklir semacam itu dapat diledakkan di tempat yang tinggi. Ledakan EMP ini akan menjadi serangan yang sangat dahsyat sesuai dengan tujuan strategis Korut.

 

Dua pakar yang juga mantan anggota Komisi EMP, yang telah dibubarkan di Kongres, juga mengatakan hal yang sama. Kepada Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS, mereka menuturkan serangan nuklir EMP dari Kim Jong Un adalah ancaman terbesar bagi AS, namun ancaman ini tetap tidak diakui oleh pemerintah.

 

Perhatian AS lebih banyak difokuskan pada uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang terus dilakukan Korut di sepanjang tahun ini. Kim Jong-un dilaporkan juga telah menguji bom hidrogen di bawah tanah pada September lalu.

 

Mantan Ketua Komisi EMP William Graham dan mantan Kepala Staf Komisi EMP Peter Vincent Pry, memperingatkan serangan semacam itu dapat memutus jaringan listrik AS untuk waktu yang tidak terbatas. Selain itu, serangan juga dapat menyebabkan kematian 90 persen penduduk Amerika.

 

Mereka mendesak Kongres mengambil langkah demi melindungi AS. Mereka juga memperingatkan, sistem pertahanan rudal balistik AS saat ini hanya dirancang untuk mencegat rudal dari Korut yang mendekati AS di wilayah Kutub Utara, namun tidak di wilayah Kutub Selatan.

 

Mereka menambahkan, Korut diperkirakan saat ini memiliki 60 senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua yang bisa mencapai Denver dan Chicago, serta seluruh AS. Korut juga sedang mengembangkan bom H yang sebanding dengan senjata termonuklir canggih tahap dua milik AS.

 

Keduanya mengutuk perang kata-kata antara Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong Un. Trump yang memanggil Kim 'Rocket Man' dan Kim yang menyebut Trump 'sakit jiwa' tentunya hanya akan memperburuk ketegangan antara kedua negara.

 

Salah satu pendiri Komisi EMP dari Partai Republik, Curt Weldon, juga memberikan pandangannya mengenai hal ini dalam The Hill bulan lalu. "Serangan nuklir EMP akan menghancurkan sistem elektronik di mana-mana, menyebabkan pesawat jatuh, menghentikan lalu lintas mobil dan kereta api, memutus jaringan listrik, dan merusak infrastruktur penting lainnya yang membangun peradaban modern dan tentu merusak kehidupan itu sendiri. Akhirnya, jutaan orang akan mati karena kelaparan, penyakit, dan keruntuhan sosial," tulis Weldon.

 

Dilansir dari The Independent, mantan ilmuwan roket NASA, James Oberg sebelumnya telah memperingatkan rezim tersebut dapat menggunakan satelit untuk membawa hulu ledak nuklir kecil dan meledakkannya di atas AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement