REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di kalangan pelaku industri musik, era 1980 hingga 1990-an diakui sebagai puncak kejayaan musik Indonesia. Beragam genre membaur dengan teknologi yang melahirkan kekayaan musikalitas dengan mengandalkan harmonisasi notasi dan skill eksplorasi aransemen lagu.
Ikhtiar itulah yang hendak diwujudkan oleh Seno M Hardjo dalam album bertajuk Big 80s-90s Forever Young. "Beberapa lagu saya hadirkan dengan aransemen yang nyaris sama dengan versi originalnya tapi dielaborasi dengan sound kekinian. Lalu penyanyi yang masih eksis, kami ajak juga untuk menyanyi lagi," katanya saat berbincang kepada Republika.co.id, di Jakarta, Rabu (18/10).
Album ini, Seno mengatakan, akan menjadi tanda comeback-nya penyanyi Dian Pramana Poetra, Harvey Malaihollo, Java Jive, KSP Singers dan Elfa’s Singers. Para musisi tersebut akan tetap dikolaborasikan dengan musisi masa kini. Secara keseluruhan, album ini akan mengemas 15 single hit yang pernah berjaya di periode 80-90an.
"Beberapa singer masa kini kami tampilkan juga. Ada Andien, Indah Dewi Pertiwi, Richard Chriss Schrijver, Ikaputri, Harsya Rieuwpassa, Billy Wino Talahatu, Rick Karnadi, Fierza Agie Cilla, Lona Cindy dan Ardina Glenda," kata pria yang kini masih menjadi salah satu Board of Director AMI Awards ini.
Seno mengaku album ini sesungguhnya menjadi upaya untuk tetap melestarikan karya-karya terbaik yang pernah menghiasi peta musik nasional. Ia menceritakan pada era 80an-90an telah ditandai dengan keberadaan God Bless yang bersanding dengan Iwan Fals dan Krakatau Band. Lalu hadir juga Fariz RM dan Dian Pramana Poetra yang memiliki berbagai grup.
Semntara era 90an, menjadi masa indah yang ditandai dengan munculnya KLa Project, SLANK, Kahitna, Java Jive, KSP Band, PAS Band, Pure Saturday, Koil, Kubik, hingga solois seperti Krisdayanti.
Namun sebagai penggagas, Seno menyadari bahwa hits era tersebut belum tentu menjadi hits di masa kini. "Saya menyadari ada berbagai faktor mempengaruhinya. Pertama pendengar masa kini menyukai lirik yang lugas, apa adanya. Berbeda dengan lirik hits 80-90an. Dulu kerapkali menggunakan kalimat kiasan yang tersembunyi," jelasnya.
Faktor kedua, kata dia lagi, pendengar masa kini terbiasa mendengar kesederhanaan notasi lagu. Jadi jika mendaur ulang hits era 80an-90an yang ribet, diakuinya, terkadang sulit untuk dijadikan hits yang kekinian.
"Ketiga adalah faktor bentuk aransemen yang kini super simpel. Menuju refrain, misalnya, tak perlu ada pengulangan bait kedua atau interlude musik tak perlu ada pula."
Dengan kondisi itulah, Seno berharap, album Big 80s-90s ini akan lebih memperkaya khasanah musik pada masa kini. "Kiranya tidak berlebihan jika misi dari album ini untuk turut melestarikan kualitas karya musik Indonesia. Biar pesonanya tetap didengar generasi masa kini dan seterusnya," ujarnya.