Kamis 19 Oct 2017 08:11 WIB

RSUP M Djamil Siap Biayai Pasien Rujukan Lantaran Alat Rusak

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
 Petugas medis melakukan CT Scan terhadap pasien (ilustrasi)
Foto: Antara
Petugas medis melakukan CT Scan terhadap pasien (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Direktur Utama RSUP M Djamil Padang, Yusirwan Yusuf, mengakui bahwa alat MRI di rumah sakit yang ia pimpin mengalami kerusakan sejak dua pekan lalu. Ia juga menyampaikan permohonan maafnya kepada pasien dan keluarga pasien yang terpaksa pelayanannya tertunda.

"Memang sudah hampir dua minggu MRI kami rusak. Celakanya, menurut vendor MRI tersebut, komponen ini harus dipesan ke luar negeri sehingga membutuhkan waktu cukup lama," jelas Yusirwan.

Meski begitu, ia mengaku pihak rumah sakit sudah membuat pengumuman kepada pasien terkait hal ini. Sejumlah opsi solusi juga ditawarkan, termasuk merujuk pasien untuk melakukan tes pemindaian CT Scan atau MRI ke rumah sakit di Padang yang terjalin kerja sama dengan RSUP M Djamil. Tak hanya itu, Yusirwan juga berjanji menanggung biaya pemeriksaan pasien yang dirujuk oleh RSUP M Djamil.

"Prinsipnya tetap pelayanan pasien. Pasien kami antar ke RS yang kerja sama dengan kami untuk diperiksa. Semua biaya ditanggung pihak RS," kata Yusirwan.

Beberapa rumah sakit umum di Kota Padang yang masih menjalin kerja sama dengan RSUP M Djamil adalah RS Yos Sudarso. Sementara RS Siti Rahmah dan RS BMC masih sedang dalam proses perpanjangan kerja sama. Sedangkan untuk RS SPH (Semen Padang Hospital), baru akan dilakukan kerja sama akhir tahun 2017 ini. "Vendor MRI menjanjikan peralatan bisa kembali difungsikan bulan ini (akhir Oktober 2017)," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Bambang Wibowo, ikut bersuara atas insiden nihilnya fasilitas pemeriksaan MRI di RSUP M Djamil Padang saat ini. Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah komunikasi yang dijalin dengan baik antara pihak rumah sakit dan keluarga pasien. Bambang memandang keberhasilan pengobatan adalah keputusan bersama antara pasien, dokter, dan rumah sakit.

Meski begitu, Bambang mengakui bahwa dalam membuat diagnosis atas penyakit pasien, seorang dokter memang memerlukan pemeriksaan penunjang. Semakin kompleks dan sulit kasus yang dikelola, maka diperlukan alat dan pemeriksaan penunjang yang lebih banyak dan canggih, termasuk dengan mesin MRI.

"Diagnosis dan terapi (obat ataupun operasi, Red) bisa saja tanpa pemeriksaan penunanjang seperti MRI tapi tentu risiko kesalahan makin besar," ujar Bambang.

Salah satu solusi yang bisa ditawarkan rumah sakit, menurut Bambang, adalah merujuk pasien ke rumah sakit lain. Solusi lainnya, tindakan dan terapi bisa saja tetap dilanjutkan keluarga pasien asalkan keluarga setuju proses tindakan tanpa adanya pemeriksaan MRI. Tentu, kata Bambang, pilihan ini ada risikonya. "Atau menunggu. Ini jika keadaan tidak gawat dan tidak darurat sampai alat tersedia," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement