REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbakarnya tiang masjid di Desa Sangso, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh masih menjadi peristiwa yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Bahkan, mereka kini mengecam atas peristiwa pembakaran tersebut.
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Aceh Aslam Ali mengaku, kecewa dengan pembakaran bakal tiang masjid dan balai-balai. Kendati demikian, Aslam menyatakan, tengah berupaya untuk tidak terpancing emosi.
Hal itu pun tidak hanya berlaku bagi dirinya. Aslam ingin agar kelompok Muhammadiyah Bireuen juga melakukan hal yang sama.
Aslam tidak ingin dengan adanya peristiwa pembakaran pada Selasa (17/10) malam itu membuat situasi justru semakin runyam. Aslam ingin, agar kelompoknya tidak terpancing emosi.
"Saya sudah mengatakan ke warga dan simpatisan (Muhammadiyah) engga usah direspons dengan emosi," katanya melalui sambungan telepon di Jakarta, kemarin.
Perasaan kecewa dan amarah, Aslam mengakui, pasti bukan dirinya saja yang merasakan hal tersebut. Hanya saja, dia tetap mengimbau, agar pihaknya tetap tenang dan pecahkan masalah dengan kepala dingin. "Saya dengar pimpinan Muhammadiyah Bireuen juga sudah melapor secara resmi ke pihak keamanan," katanya.
Aslam berharap, ada titik terang melalui jalur hukum yang ditempuhnya itu. Dengan begitu, hubungan antar warga di Aceh yang tengah harmonis tidak akan ternodai dengan peristiwa pembakaran tersebut.
"Kita menyayangkan terjadi pembakaran itu dalam situasi Aceh yang sedang aman seperti ini ko terjadi keributan (pembakaran)," ujar Aslam.