Kamis 19 Oct 2017 08:35 WIB

Perusahaan AS Bangun Tiga Pembangkit Listrik Baru di Gaza

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Ana-anak Gaza dalam kegelapan karena krisis energi listrik ke negeri mereka.
Ana-anak Gaza dalam kegelapan karena krisis energi listrik ke negeri mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Jalur Gaza akan memiliki tiga pembangkit listrik tenaga surya baru yang akan beroperasi pada April mendatang. Perusahaan energi berbasis di AS, Samaha Group, berada di belakang proyek pembangunan tersebut.

Samaha Group mengatakan, tiga pembangkit listrik baru di wilayah tersebut akan menolong Gaza dari pemadaman harian. Namun, pembangkit ini masih belum bisa memenuhi kekurangan pasokan listrik yang parah di Gaza.

 

Gaza telah lama menderita kekurangan pasokan listrik setelah Presiden Mahmoud Abbas, yang berbasis di Tepi Barat, memotong pembayaran pasokan listrik dari Israel ke wilayah tersebut pada Juni lalu. Abbas mencoba menekan kelompok Hamas agar menyerahkan kendali atas Jalur Gaza.

 

Meski ada kesepakatan rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas, sanksi tersebut masih berlaku. Kebutuhan energi harian di Gaza diperkirakan mencapai hampir 600 megawatt. Israel, Mesir, dan satu-satunya pembangkit listrik yang ada di Gaza saat ini, hanya memasok 165 megawatt.

 

Pembangkit listrik tenaga surya baru akan dibangun di tiga wilayah di Jalur Gaza. Direktur Teknik Samaha Group, Volker Gutjahr mengatakan tiga pembangkit listrik ini akan menghasilkan tenaga listrik sebesar 40 megawatt.

 

Proyek yang dinamai "Turn on the Lights in Gaza," diumumkan pada Selasa (17/10) di sebuah acara yang dihadiri perwakilan perusahaan dan pejabat Palestina. "Biayanya akan menghabiskan sekitar 50 juta euro, plus atau minus, karena ini adalah wilayah yang tidak diketahui, jadi kami tidak pernah tahu kejutan apa yang mungkin muncul," kata Gutjahr.

 

Dikutip dari Arab News, Gutjahr mengatakan pengiriman peralatan pertama untuk pembangkit listrik tenaga surya akan tiba pada Maret mendatang. Peralatan ini akan mencapai Jalur Gaza melalui pelabuhan Mediterania Israel di Asdod.

 

CEO Arab Orient Technology Services Wail Elawoor, mitra lokal dalam proyek pembangunan tersebut, mengatakan persetujuan untuk proyek ini didapat dari Otoritas Energi di Otoritas Palestina, badan energi yang dipimpin oleh Abbas dan didukung Barat. "Proyek ini akan menciptakan lapangan kerja untuk insinyur dan pekerja lokal di bawah pengawasan ahli teknik AS dan Jerman," kata Elawoor.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement