Kamis 19 Oct 2017 08:52 WIB

Kisruh Keraton Surakarta: Pembantu Putri Raja Diusir Paksa

Rep: Adrian Saputra/ Red: Agus Yulianto
Keraton Surakarta
Keraton Surakarta

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ketegangan kembali terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada Rabu(18/10) sore. Setelah seorang pembantu dari salah satu putri Raja Keraton Solodiusir dari Keputren (kompleks para putri raja). Mbah Siyatun (54 tahun) diusir paksa oleh sejumlah orang yang mengaku suruhan adik raja yakni Gusti Pangeran Haryo (GPH) Benowo.

"Ada tujuh orang laki-laki datang, dia gedor-gedor pintu terus masuk sampai ruang dalam, sampe ruang makan terus introgasi si mbah," tutur Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai Kusuma Dewayani menceritakan kronologi pengusiran pembantunya.

Timoer mengatakan, sehari sebelum pengusiran, orang-orang tersebut datang ke Keputren. Dia memperingatkan Siyatun untuk segera angkat kaki dari tempat itu. Namun,Timoer meminta, agar pembantunya itu tetap bertahan untuk menjaga barang-barang milik keluarga. Sebab, Timoer sendiri sudah tak mendapat akses masuk ke dalam Kaputren sejak lama.

"Si mbah nangis lalu telepon saya. Saya jemput (setelah sampai) ternyata pembantu sayasudah bawa barang-barang," tuturnya.

Timoer mengatakan, kejadian tersebut membuat Siyatun trauma. Kini keluarga GKR Timoer Rumbai bersama pembantunya itu menetap sementara di kediaman GKR Wandasari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng yang juga merupakan adik Raja Keraton Solo.

GKR Timoer Rumbai menyesalkan, perlakukan GPH Benowo yang menyuruh orang-orang untuk mengusir pembantunya itu. Sampai saat ini, dia pun heran tak diperbolehkan masuk ketempat tinggalnya sendiri.

Padahal, menurutnya, dalam aturan adat keraton, keputren merupakan hak bagi putri raja (termasuk yang menjadi janda) untuk menempatinya. Lebih dari itu, Timoer sendiri merupakan pejabat keraton yang masuk pada struktur Bebadan Keraton bentukan Pakubuwana XIII pada 2014.

Gusti Tiomer sendiri sudah tak menempati Kaputren pascaperistiwa pengurungan yang menimpanya April lalu. Dia pun heran lantaran tak mendapat kejelasan dari Raja maupun pejabat-pejabat keraton lainnya.

"Saya sudah tidak di sana, bagaimana mau masuk, pintunya saja digembok dan tiap hari dijaga katanya perintah raja. Karena masih banyak barang-barang di dalam jadi saya tugaskan si mbah untuk jaga. Saya sesekali kirim beras dan makanan buat si mbah lewat abdi dalem, tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement