REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Lebih dari seribu tahun Universitas Al Azhar Mesir berkiprah dalam dunia dakwah, pendidikan, dan sosial. Melalui para alumninya, Al Azhar juga telah banyak berkontribusi dalam membangun peradaban Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengetakan, keberadaan ulama-ulama besar yang mendedikasikan ilmunya dengan ikhlas serta tradisi keilmuan Islam yang kuat dan bercirikan moderat, menjadi daya tarik tersendiri bagi Al-Azhar. Hasilnya, ribuan pelajar dari berbagai penjuru dunia datang menimba ilmu di sana, tidak terkecuali Indonesia.
Indonesia, kata Menag, beruntung memiliki ulama-ulama alumni Al-Azhar. Sebab, mereka umumnya memiliki cara pandang moderat dan toleran karena keluasan ilmu yang dimiliknya.
“Dalam bidang fiqih, kita pernah punya tokoh alumni Al-Azhar sekaliber Prof. KH. Ibrahim Hosen, dan dalam bidang tafsir, kita punya tokoh sekelas Prof. Dr. M. Quraish Shihab, yang secara konsisten memberikan alternatif pemahaman keagamaan dengan berbagai argumentasinya, dan pada saat yang sama menanamkan toleransi demi menjaga persatuan umat,” kata Menag saat membuka Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al-Azhar IV di Mataram, NTB, Kamis (19/10). Konferensi internasional ini mengangkat tema “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi”.
Al Azhar didirikan pertama kali oleh Jauhar al-Shiqili pada tahun 361H/975M saat Dinasti Fathimiah berkuasa. Sejak saat itu, Al-Azhar selalu berada di garda terdepan dalam mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran, bukan hanya di Mesir, tetapi juga di seluruh dunia.
Menurut Menag, Al Azhar berhasil menghimpun para pelajar dari berbagai penjuru dunia, sekaligus menampung dan menghimpun berbagai tradisi keilmuan, mazhab dan aliran pemikiran, tanpa ada fanatisme berlebihan. Al-Azhar juga menghimpun antara semangat mempersatukan umat dengan upaya memelihara keragaman pandangan keagamaan.
“Persatuan umat adalah sebuah keharusan, tetapi keragaman pandangan keagamaan juga adalah sebuah keniscayaan. Di Al-Azhar, semua aliran dan mazhab diajarkan,” ujar Menag.
“Saya mendapat informasi, Al-Azhar tidak hanya mengajarkan empat mazhab, tetapi delapan mazhab termasuk zhahiriyah, ibaadhiyah, zaidiyyah dan imamiyah itsna asyariyah, selain empat yang populer di kalangan Sunni (Hanafi, Maliki, Syafii` dan Hambali),” sambungnya.
Konferensi Internasional tahun ini merupakan gelaran ke-IV yang diselenggarakan oleh Organisasi Internsional Alumni Al-Azhar Mesir Cabang Indonesia. Kegiatan yang diawali dengan Multaqa Nasional Alumni Al Azhar ini diikuti 478 peserta. Multaqa itu membahas membahas berbagai persoalan keorganisasian dan persoalan dakwah kegamaan. Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan akan menutup konferensi internasional ini pada sore nanti.