REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Perwakilan Food Agriculture Organization (FAO) of United Nations untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders mengatakan bahwa persoalan kesulitan pangan bukan hanya terdapat di negara miskin. Indonesia sebagai salah satu negara dengan lahan luas juga masih memiliki kekurangan pangan.
"Di Indonesia masih ada sekitar 20 juta orang yang tidak memiliki pangan cukup untuk makan dan pemenuhan gizi agar bisa menjalani hidup sehat dan produktif," kata Mark dalam pemaparannya pada Hari Pangan Sedunia (HPS), Kamis (19/10).
Mark menuturkan, setiap tahun banyak negara merayakan hari pangan dunia sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras semua pihak khususnya petani yang telah menyediakan beragam makanan untuk hidup yang sehat dan penghidupan yang layak bagi jutaan orang. Setiap tahun kita juga memikirkan saudara-saudara kita yang tidak memiliki tangan yang cukup untuk makan.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir 2015-2016 jumlah orang yang berangkat tidur dengan perut lapar setiap hari meningkat. Untuk pertama kali dalam beberapa dekade menjadi lebih dari 80 juta
orang di seluruh dunia.
Salah satu penyebabnya, lanjut Mark, adalah terlalu banyak migrasi yang dilakukan masyarakat pedesaan. Migrasi memiliki dampak pada situasi ketahanan pangan baik dampak positif maupun dampak negatif.
Di Indonesia banyak penduduk desa yang bermigrasi karena alasan ekonomi. Mereka bukan hanya bermigrasi dari desa ke kota, tetapi juga ke negara lain. Pada 2014 jumlah resmi pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mencapai hampir 500 ribu orang, di mana lebih dari separuhnya adalah wanita.
Para migran tersebut mengirim uang kepada keluarga di kampung halaman agar keluarga mereka bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. "Besaran kiriman uang tahunan dari migran mencapai 10 juta dolar AS atau sekitar satu dari produk domestik bruto (PDB)," ujar Mark.