Kamis 19 Oct 2017 19:37 WIB

Warga Desak Percepatan Relokasi Masjid Terkena Proyek Tol

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Masjid Baitul Rokhim masih bertahan di lokasi penataan lahan proyek jalan tol Semarang- Solo seksi IV ruas Salatiga- Boyolali di Dusun Geneng, Desa Timpik, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Kamis (19/10).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Masjid Baitul Rokhim masih bertahan di lokasi penataan lahan proyek jalan tol Semarang- Solo seksi IV ruas Salatiga- Boyolali di Dusun Geneng, Desa Timpik, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Kamis (19/10).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Warga Dusun Geneng, Desa Timpik, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang mendesak pengelola pembangunan segera merealisasikan relokasi masjid Baitul Rokhim di lingkungan mereka.

Sejak proyek jalan tol Semarang-Solo Seksi IV ruas Salatiga- Boyolali dilaksanakan, proses relokasi fasilitas sosial (fasos) ini belum beres. Bahkan bangunan masjid pengganti tersebut juga belum jelas.

Sementara, bangunan masjid Baitul Rokhim saat ini masih berdiri tegak di lokasi pekerjaan proyek jalan tol ruas Salatiga- Boyolali ini, meski bangunan lain di sekitarnya sudah tidak ada lagi," kata Kepala Desa Timpik, Suhada, di Tengaran, Kamis (19/10).

Ia mengatakan, desakan warga agar relokasi tempat ibadah, yang menempati lahan seluas 160 meter persegi, ini segera direalisasikan PT Trans Marga Jateng (TMJ) semakin menguat. Sebab sebagian warga merasa aktivitas ibadah mereka menjadi terganggu.

Kini pekerjaan penataan lahan proyek jalan tol di sekitar lokasi masjid ini sudah dihentikan, sejumlah alat berat tidak lagi beroperasi. Karena posisi bangunan masjid berada tepat di jalur jalan tol tersebut.

Lebih lanjut Suhada menambahkan, saa tini warga tengah menunggu keputusan dari pihak pengelola jalan tol untuk duduk bersama mencari solusi yang terbaik. Sebab lahan pengganti fasos ini sebenarnya sudah siap.

Hanya saja proses penghitungan biaya ganti bangunan masjid ini belum menemukan kesepakatan. Jika tidak segera ada solusi, warga tidak akan membiarkan masjid ini dibongkar oleh para pekerja proyek, yang pelaksanaannya menjadi kewenangan PT Solo Ngawi Jaya (SNJ).

"Hingga saat ini, warga kami masih menunggu keputusanya seperti apa. Namun keinginannya masjid pengganti segera dibangun," ujarnya.

Perihal sikap warga diamini takmir Masjid Baitul Rokhim, Warsono (43). Ia mengatakan, masjid yang telah berusia 38 tahun ini belum dibongkar karena masih menunggu realisasi dari pihak pelaksanan proyek jalan tol.

Sehingga hingga saat ini masjid tersebut masih digunakan oleh masyarakat Dusun Geneng untuk beribadah. Sebab ini merupakan satu-satunya tempat ibadah warga dusun berpenghuni 100 kepala keluarga (KK) ini.

Sedangkan pada saat Shalat Jumat, masjid ini juga digunakan oleh sekitar 250 jamaah dari tiga rukun tangga (RT). Ini manjadi salah satu alasan warga untuk menolak pembongkaran masjid, tandasnya.

Ia juga mengamini PT Trans Marga Jateng(TMJ) telah menyiapkan lahan untuk relokasi masjid seluas 180 meter persegi. Lahan pengganti yang dibeli dari warga seharga Rp 65 juta tersebut berjarak sekitar 100 meter dari lokasi Masjid Baitul Rokhim saat ini.

Meski sudah ada lahan pengganti, Warsono menjelaskan saat ini warga masih menunggu realisasi untuk pendirian masjid yang baru. Sesuai janji, PT Waskita selaku pelaksana proyek jalan tol ini bakal mengerjakan pembangunan masjid pengganti.

Yang membuat proses pembangunan ini molor, masih jelas Warsono, lahan relokasi terlalu rapat dengan dengan bangunan lain. Sehingga tidak memiliki halaman yang luas untuk menampung seluruh jamaah saat shalat Jumat.

Di lokasi baru nanti tidak ada halaman luas seperti yang lama karena kanan kirinya sudah rumah dan di depannya hanya ada jalan kecil. "Untuk itu, warga menghendaki masjid pengganti ini bisa dibangundua lantai," jelasnya.

Kalaupun PT Waskita Karya tidak bisa membangunkan dua lantai, lanjut Warsono, warga menghendaki dana pengganti bangunan untuk membangun masjid secara swadaya. Warga ingin uang pengganti bangunan senilai Rp 300 juta dan masyarakat akan bergotong royong untuk menutup kekurangannya.

Usulan tersebut, menurutnya, telah disampaikan kepada penanggungjawab proyek jalan tol Salatiga Boyolali ini. "Namun hingga saat ini belum ada keputusan yang jelas," tegasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement