Jumat 20 Oct 2017 13:38 WIB

Jebol, Tanggul Jatipadang Dibuat Penahan Sementara

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum membersihkan sampah pasca banjir yang diakibatkan tanggul jebol di Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (20/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum membersihkan sampah pasca banjir yang diakibatkan tanggul jebol di Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai banjir di RW o6 Jatipadang Suku Dinas Tata Air Jakarta Selatan mengirimkan dua tim untuk membuat penahan sementara di tanggul Jati Padang. Banjir setinggi satu meter tersebut merendam puluhan rumah warga.

Banjir yang melanda wilayah Jati Padang disebabkan oleh melubernya air di tanggul Jatipadang dan menbuat tanggul jebol. Wilayah yang dikenal dengan nama Kampung Air ini menjadi langganan banjir setiap tahunnya.

Pagi ini terlihat puluhan petugas kebersihan PPSU Kelurahan Jatipadang dan petugas dari Sudin Tata Air Jakarta Selatan bergotong royong membersihkan rumah warga dan menambal tanggul yang jebol. Beberapa warga juga terlihat menjemur pakaian yang terkena banjir sebelumnya.

Ketua Tim Satu Satgas Tata Air Jakarta Selatan, Jimmy, menyatakan saat ini dia dan satu tim lagi sedang mengerjakan tanggul sementara. Hal ini dilakukan untuk menahan air agar tidak meluber. Untuk saat ini pihak Tata Air masih belum bisa melakukan turap permanen karena debit air masih tinggi.

"Kita dari Sumber Daya Air mau dibuat pembuatan tanggul sementara. Pemasangan kayu dolken dan karung yang berisi pasir. Tapi kalau ada instruksi lanjutan dari atasan.untuk penyemenan atau pemasangan turap secara permanen nanti kita lakukan," ucap Jimmy ditemui di lokasi tanggul Jati Padang, Jumat (20/10).

Menurut Jimmy untuk saat ini tidak memungkinkan dilakukan pembuatan tanggul secara permanen karena debit air yang masih tinggi. Kondisi tanggul yang masih basah akan memperlama proses pengeringan semen.

"Sementara karena melihat debit air yang masih tinggi juga untuk di semen masih tidak mungkin, masih basah. Jadi nunggu surut baru kita turap permanen secara bertahap," ujar Jimmy.

Kondisi ini, lanjutnya terus terjadi kerena posisi tanah dan air yang tidak berimbang. Kondisi tanah yang lebih rendah dari saluran air membuat wilayah tersebut rentan terkena banjir.

Beberapa langkah pencegahan sudah dilakukan oleh Dinas Tata Air. Di antaranya dilakukan pembersihan, pelebaran saluran air, dan penggalian untuk memperdalam ketinggian. Namun kondisi sungai yang merupakan saluran langsung dari wilayah Depok dan posisinya yang lebih tinggi dari daratan membuat wilayah tersebut rawan banjir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement