REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya kegiatan dakwah. Afrika juga kerap menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi tingkat internasional yang membahas ragam isu klasik hingga kontemporer.
Masih pada Maret, misalnya, sarjana dari seluruh dunia berkumpul di Durban, Afrika Selatan, untuk membahas peradaban dan warisan Islam di wilayah selatan Afrika dalam sebuah konferensi yang dihelat oleh Pusat Penelitian Sejarah Islam, Seni dan Budaya (IRCICA) bekerja sama dengan Yayasan Wakaf Nasional Afrika Selatan.
Menurut perwakilan panitia penyelenggara, Zeinoul Cajee, sejarah Muslim di Afrika bagian selatan tidak dicatat dengan benar dan kadang-kadang bahkan tidak sepenuhnya tercatat. "Itu sebabnya, kami mengadakan konferensi ini untuk meningkatkan pengetahuan kita," ujarnya.
Sebanyak 22 sarjana telah diundang ke acara yang diadakan di Universitas Kwazulu Natal untuk mempresentasikan makalah mereka. Ini adalah kongres internasional kedua pada peradaban Islam di Afrika bagian selatan.
Ia berharap, konferensi akan mendorong umat Islam, terutama Muslim Afrika untuk lebih memahami warisan agama dan budaya mereka.
Beberapa tema yang dibahas dalam konferensi tersebut termasuk penyebaran Islam, ko-eksistensi dan keragaman budaya di wilayah ini.
Salah satu pejabat di IRCICA, Profesor Halit Eren, mengatakan, konferensi ini bertujuan untuk membantu menyebarkan informasi ilmiah tentang sejarah dan warisan Islam di wilayah selatan Afrika.
Ia mengatakan, pihaknya juga mendorong penelitian dan kerja sama antara universitas dan lembaga-lembaga budaya di wilayah ini.
Pusat Penelitian Sejarah Islam, Seni, dan Budaya adalah organisasi Muslim global yang bertanggung jawab atas penelitian tentang sejarah, seni, dan budaya. Organisasi ini didirikan pada pertengahan 1970-an di dunia Muslim oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI).