REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Polusi udara menewaskan sedikitnya sembilan juta populasi dunia pada 2015. Angka itu lebih tinggi tiga kali lipat dari kematian yang disebabkan AIDS, TBC dan malaria meski digabungkan. Jumlah itu akan 15 kali lipat lebih banyak dibanding kematian karena perang dan bentuk kekerasan lainnya.
Dari total tersebut, India menempati posisi pertama dengan angka kematian mencapai 2,5 juta penduduk, diikuti oleh Cina dengan 1,8 juta warga. Riset tersebut dikeluarkan oleh Lancet Commission on Pollution and Health, oraganisasi internasional yang aktif dalam hal keseharan dan lingkungan.
"Orang-orang di negara miskin, seperti pekerja konstruksi di New Delhi, mudah terpapar polusi udara dan kurang mampu melindungi diri hal itu. Mulai dari berjalan, bersepeda atau naik bus ke tempat kerja yang mungkin sudah tercemar," kata salah satu periset, Karti Sandilya seperti diwartakan RT, Jumat (20/10).
Sementara, populasi di negara maju lebih kuat terhadap paparan polusi. Kendati, bentuk polusi di negara mereka juga sudah lebih modern, misalnya saja seperti hasil pembakaran bahan bakar fosil dan bahan kimia. Sedangkan, di negara berkembang memiliki masalah bahan bakar biomassa.
Laporan Lancet mengidentifikasi polusi udara sebagian besar disebabkan oleh pembakaran berbagai bahan bakar. Hasil pembakaran itu lantas bersiko penyakit pernafasan, jantung hingga kanker paru-paru dalam jangka pajang.
"Dan globalisasi, pertambangan dan manufaktur saat ini bergeser ke negara-negara miskin di mana peraturan dan penegakan lingkungan lebih longgar," kata Karti Sandilya.
Laporan itu mengatakan, kerugian dari polusi itu tidak hanya diukur dalam kesehatan dan kehidupan masyarakat. Hal tersebut juga memberikan kerugian sebesar 4,6 triliun dolar AS pertahun atau atau 6,2 persen dari output ekonomi global.