REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kementerian Luar Negeri melalui Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa mengungkapkan, dunia mengakui diplomasi Indonesia memiliki kontribusi dalam isu Muslim yang tengah menghadapi tekanan.
"Indonesia aktif terlibat dalam forum internasional, apa yang terjadi di Palestina itu kita aktif mendorong penyelesaian itu dalam konferensi Timur Tengah," kata Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa Leonard F. Hutabarat di Jambi, Jumat.
Diplomasi Indonesia dalam tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla tersebut menurutnya, sudah cukup baik dan Indonesia selalu aktif terlibat dalam forum internasional secara inisiatif. "Indonesia juga aktif terlibat dalam konferensi internasional untuk penyelesaian konflik seperti yang terjadi di Suriah, Rohingya, jadi dunia juga mengakui Indonesia itu ikut terlibat dalam isu muslim yang sedang mendapat tekanan," katanya menjelaskan.
Di samping itu menurutnya, Presiden Joko Widodo juga telah banyak melakukan sejumlah terobosan dalam melakukan diplomasi ke sejumlah untuk kepentingan nasional baik dalam bidang ekonomi atau pun lingkungan hidup.
"Diplomasi Presiden ini banyak mencoba melakukan terobosan yang lebih kepada bilateral, karena bilateral ini lebih konkrit dan cepat dalam waktu lima tahun ini supaya bisa menghasilkan project kerja untuk ekonomi pembangunan, jadi bilateral itu yang lebih ditekankan oleh Pak Joko Widodo," katanya menjelaskan.
Diplomasi bilateral atau yang lebih dikenal diplomasi senyap tersebut sesuai dengan gaya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang lebih mengutamakan bekerja tanpa harus banyak bicara. Diplomasi ini juga yang ditunjukkan lewat kebiasaan Presiden Jokowi yang lebih menyukai pertemuan-pertemuan bilateral.
"Diplomasi bilateral yang lebih sering dilakukan Pak Jokowi itu soal teknik dan lebih kepada strategi saja, bukan artinya panggung multilateral yang ditinggalkan," katanya menambahkan.