REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan Jumat di Kabul dan di Ghor merupakan serangan keempat dan kelima terbesar yang terjadi dalam pekan ini. Serangan itu terjadi setelah polisi di Kabul mengeluarkan pengumuman beberapa hari sebelumnya, bahwa mereka telah menangkap seorang calon pembom truk bunuh diri.
Penangkapan itu, tentunya menjadi pencegah terjadinya sebuah insiden besar di Afghanistan. Karena pada Agustus, lebih dari 20 orang tewas dalam serangan bom truk terhadap muslim di Kabul. Islamic State (IS), sebuah kelompok militan Sunni, mengatakan, telah melakukan serangan tersebut.
Kemudian sebuah bom truk di ibukota Afghanistan pada Mei, juga menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai sekitar 400 lainnya, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.
Tidak ada kelompok yang mengaku sebagai pelaku di balik serangan tersebut. Namun, Pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat menuduh kelompok Haqqani, afiliasi dari kelompok militan terbesar di negara itu, yakni Taliban. Afghanistan telah melihat serentetan serangan bunuh diri dan pemboman dalam beberapa bulan terakhir.
Ada empat serangan besar sebelumnya yang terjadi di Afghanistan dalam pekan ini saja:
Pada Kamis, 43 tentara Afghanistan tewas setelah dua pembom bunuh diri Taliban yang membawa kendaraan lapis baja Humvee, menghancurkan sebuah pangkalan militer di Selatan Kandahar. Dua petugas polisi juga tewas di Ghazni.
Pada Selasa, pembom bunuh diri dan penembak Taliban, membunuh setidaknya 41 orang, saat mereka menyerbu sebuah pusat pelatihan polisi di Timur Gardez, dan membunuh dua petugas polisi.
Juga pada Selasa, setidaknya 30 orang tewas dalam bom bunuh diri truk di Ghazni.
Tentara dan polisi Afghanistan telah kehilangan banyak korban jiwa tahun ini akibat ulah tangan Taliban, sebuah kelompok Sunni yang ingin menerapkan kembali Undang-Undang Islam di negara tersebut.