REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Dewan Kehormatan PAN, Dradjad Hari Wibowo menyebut ramainya kontroversi tentang pernyataan Anies Baswedan soal ‘pribumi’ adalah imbas Pilgub DKI Jakarta. Ada kelompok yang tidak legowo karena kalah, lalu membuka "jin dari dalam botol”.
"Kalau saja mereka tidak mengada-ada, kegaduhan ini tidak muncul,” kata Dradjad kepada Republika.co.id, Sabtu (21/10).
Menurut Dradjad, Gubernur Anies tidak salah apapun dalam pidatonya. Kalimat pidatonya berkonteks sejarah. "Dari pada meributkan istilah, sebaiknya kita fokus mengikis kesenjangan. Ribut-ribut soal istilah pribumi ini akarnya adalah kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan,” ungkap politikus senior PAN itu.
Faktanya, menurut Dradjad, kesenjangan ekonomi antara etnis Cina dengan etnis non-Cina sangat besar. "Bukan salah pebisnis dari etnis Cina. Mereka bekerja keras, dan saya sangat respek."
Kesalahan, menurut Dradjad, ada pada negara, dalam hal ini pemerintah. Kata Dradjad, pemerintah hanya menjadikan kesenjangan sebagai retorika populis. Tapi sering kebijakannya malah meningkatkan kesenjangan.
"Contohnya adalah reklamasi pantai utara Jakarta. Kebijakan dan disainnya jelas sangat memperburuk kesenjangan,” kata Dradjad.
Ditambah lagi, pemerintah membuka keran bagi membanjirnya pekerja dari Cina daratan di berbagai pelosok tanah air. Mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. Mereka bisa ditemui di Tangerang dan sekitarnya hingga Sulawesi.
Bahkan, ketika pemkab menegakkan aturan termasuk merazia pekerja dari Cina daratan, Bupati dan satpolnya justru diperiksa kepolisian. "Ini dialami oleh Yasti, Bupati Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara."
Di sisi lain, rakyat Indonesia dari semua etnis sangat membutuhkan pekerjaan yang layak. “Termasuk saudara kita etnis Cina di pelosok Kalimantan Barat,” ungkapnya. Jadi, lanjutnya, fokuslah mengatasi kesenjangan dan ketidakadilan, daripada bikin gaduh karena efek pilgub.