REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy di Singapura, Kishore Mahbubani, memuji kemajuan pesat ASEAN. Kemajuan organisasi regional yang telah memasuki usia 50 tahun ini terlihat dari kondisi keamanan yang dibangun oleh negara-negara Asia Tenggara.
Menurutnya, di saat wilayah lain sedang mengalami masa-masa krisis, ASEAN justru menunjukkan perdamaian dan stabilitas yang baik. Ia merujuk pada krisis keamanan yang ada di Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah, dan bahkan Afrika.
"Ada yang lebih merasakan kesulitan dari Asia Tenggara, ada krisis di Afrika, di Asia Timur karena ada ancaman nuklir Korut, dan lainnya. Sedangkan kita bisa mencapai damai," ujar Mahbubani, dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2017, di Kota Kasablanka, Sabtu (21/10).
Akan tetapi, menurutnya penduduk di negara-negara Asia Tenggara sendiri tidak menyadari betapa besarnya kesuksesan ASEAN. Jika 50 tahun lalu Asia Tenggara dipenuhi dengan konflik berdarah yang menewaskan jutaan orang, maka sekarang sudah menjadi wilayah yang relatif aman.
Ia menambahkan, generasi muda ASEAN saat ini memiliki tugas untuk memperkuat organisasi regional tersebut dalam mengantisipasi sejumlah tantangan. Tantangan utama yang harus diperhatikan adalah gesekan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Cina, dan tentunya ASEAN menjadi organisasi yang paling berpengaruh.
Indonesia, sebagai negara terbesar di ASEAN, menurutnya juga memiliki peran yang sangat penting untuk membawa ASEAN lebih maju hingga 50 tahun selanjutnya. Terlebih Indonesia memiliki kekuatan yang besar dari budaya musyawarah untuk mufakat, seperti yang tercantum dalam Pancasila.