REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemilih Jepang memberi suara mereka untuk menentukan masa depan jabatan Perdana Menteri Shinzo Abe yang hampir lima tahun berkuasa dalam pemilihan pada Ahad,(22/10).
Survei menunjukkan pertaruhan Abe pada pemilihan cepat kemungkinan akan terbayar. Koalisi pimpinan Konservatif Liberal Demokrat (LDP) yang dipimpinnya diyakini bakal meraih suara dua pertiga di majelis rendah parlemen sebelum dibubarkan.
"SItuasi di dunia tidak stabil dalam banyak aspek dan saya yakin LDP adalah satu-satunya pihak yang diandalkan," kata Kyoko Ichida (78) tahun, setelah memberikan suara di ibukota.
Abe yang mulai menjabat pada Desember 2012 menjanjikan untuk mendukung pertahanan dan ekonomi. Ia akan memenangkan masa jabatan ketiga sebagai pemimpin LDP dan kemudian menjadi perdana menteri terlama di Jepang.
Pemilihan cepat ini juga akan membangkitkan kembali dorongan Abe untuk merevisi konstitusi yang menentang perang sambil mempertahankan strategi pertumbuhan Abenomics.
Dalam konstitusi Jepang khususnya pada pasal 9 disebutkan Jepang melarang pemeliharaan angkatan bersenjata. Tapi pemerintah Jepang telah menafsirkannya untuk mengizinkan militer secara eksklusif membela diri.
Mitra junior LDP, Komeito, sangat berhati-hati dalam mengubah konstitusi. Namun media memperkirakan partai oposisi LDP dan partai oposisi pro-revisi berada di jalur untuk mayoritas dua pertiga yang dibutuhkan untuk mulai mengubah konstitusi tersebut.
Abe (63), telah membawa LDP ke empat kemenangan telak sejak dia memimpin partai tersebut, kendati jumlah pemilih rendah. LDP biasanya menang dengan sekitar 25 persen suara yang memenuhi syarat. Yang lainnya tidak memilih atau mendukung partai oposisi.
Kali ini, Abe mengatakan bahwa dia memerlukan mandat baru untuk mengatasi krisis nasional dari rudal dan ancaman nuklir Korea Utara serta populasi yang cepat menua.
Abe telah mendukung sikap keras Presiden AS Donald Trump terhadap Pyongyang. Trump akan mengunjungi Jepang 5-7 November untuk menegaskan kembali hubungan erat para pemimpin.