Ahad 22 Oct 2017 18:09 WIB

'Ekspor Beras ke Malaysia Buktikan Indonesia Surplus Beras'

Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan aunching ekspor beras ke Malaysia dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Jumat (20/10).
Foto: Republika/Debbie sutrisno
Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan aunching ekspor beras ke Malaysia dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Keberhasilan pemerintah melakukan ekspor beras ke Malaysia membuktikan bahwa Indonesia sudah surplus beras. Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi mengatakan ekspor beras premium sebanyak 25 ton dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, ke Malaysia merupakan ekspor beras yang kedua kalinya dilakukan pemerintahan Joko Widodo.

Sebelumnya, Indonesia juga sudah berhasil melakukan ekspor beras ke Papua Nugini dari Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Pemerintah pun akan terus mendorong ekspor bahan-bahan pangan dari wilayah perbatasan sebagai perwujudan visi membangun Indonesia dari daerah terdepan dan terluar nusantara.

Selain membuktikan kondisi surplus pangan, kata Agung, ekspor beras ke Malaysia juga mematahkan keraguan sejumlah pihak yang mengatakan Pemerintah Indonesia akan kesulitan melakukan ekspor beras ke Malaysia lantaran harga beras dalam negeri terlalu mahal.

Memang Agung mengakui, beras produksi para petani Sanggau dibeli perusahaan importir pangan Malaysia dengan harga lebih tinggi dibandingkan beras dari Vietnam. Badan usaha penyedia beras Malaysia (Padiberas Nasional Berhad/Bernas) membeli beras Vietnam dengan harga sekitar 2,4 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp 7.200 per kilogram. Sedangkan beras Sanggau dibeli Malaysia dengan harga di atas harga beras Vietnam.

Kendati demikian, kata Agung, beras Indonesia terbukti bisa diterima oleh konsumen Malaysia karena kualitas beras yang dijual masuk ke dalam kategori beras premium. Dengan kata lain, kualitas beras Indonesia yang dijual ke Malaysia lebih baik dari beras Vietnam.

“Sekali lagi, ini bukti bahwa ekspor beras ke Malaysia sudah terlaksana. Kalau masih ada yang bilang ekspor beras hanya mimpi, ya silakan datang ke Sanggau, tanya juga ke Malaysia yang menerima beras kita,” ujar Agung, usai menutup rangkaian Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-37 di Pontianak, Ahad (22/10).

Perwakilan perusahaan importir beras dari PT Gema Supra Abadi (GSA) Djumait Ibrahim menyatakan, keputusan melakukan impor beras dari Sanggau untuk konsumen Malaysia merupakan sebuah permulaan untuk memasuki babak baru penyediaan beras di Malaysia. Selama ini, kata dia, Malaysia selalu mendatangkan beras impor dari Vietnam dan negara-negara lain guna memenuhi kebutuhan beras sebanyak 1 juta ton per tahunnya.

“Ini satu investasi yang baru, sebelumnya belum pernah Malaysia impor dari Indonesia. Jadi, ini kali pertama atas dasar jasa persaudaraan. Kerajaan Malaysia juga sudah setuju untuk impor beras dari Indonesia ke Malaysia,” kata dia.

Karena itu, Djumait melanjutkan, perusahaan tidak melihat masalah disparitas harga sebagai sebuah isu yang dikedepankan. Ada misi lain yang lebih besar yang dijalankan perusahaan dalam transaksi impor beras Indonesia.

Adapun misi lain yang akan dijalankan perusahaan adalah melakukan promosi dan tes pasar terhadap beras Indonesia. Apabila konsumen Malaysia bisa menerima beras premium Indonesia yang relatif murah dibandingkan dengan beras yang beredar di pasar Malaysia, maka bukan tidak mungkin kuantitas impor beras dari Indonesia akan meningkat sangat pesat dalam periode waktu yang singkat.

Saat meluncurkan program ekspor beras di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada Jumat (20/10) lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, kemampuan Sanggau melakukan ekspor tak lain karena daerah tersebut sudah berhasil surplus beras sebanyak 50 ribu ton per tahun.

“Hari ini Sanggau sudah surplus 50 ribu ton beras, Kalbar surplus 350 ribu ton. Surplus ini kita kirim ke negara tetangga. Ada permintaan untuk beras dari Malaysia kurang lebih 140 ribu ton. Ini kita akan penuhi dari daerah perbatasan,” kata Mentan.

Mentan menjelaskan, permintaan ekspor beras ke Malaysia sejatinya sudah disampaikan sekitar 4 bulan lalu saat Kerajaan Malaysia mendatangi Indonesia. Kala itu, kata Mentan, Menteri Pertanian Malaysia menyatakan kesiapannya impor beras dan jagung dari Indonesia. Potensi kuota impor pasar Malaysia adalah 1 juta ton per tahun untuk beras dan 3,1juta ton per tahun untuk jagung.

“Kurang lebih nilainya Rp 20 triliun. Ini luar biasa potensinya. Pekan depan kami ke Malaysia,bilateral Mou dengan Malaysia dan mimpi kami adalah membangun lumbung pangan di perbatasan seperti yang kita lihat hari ini,” ujar Mentan.

Menurut Mentan, harga beras dari Indonesia sudah pasti bisa bersaing karena biaya transportasinya lebih murah dibandingkan jika Malaysia mengimpor dari Paksitan, Vietnam, dan negara lainnya. Karena itu, ke depannya, Pemerintah Indonesia akan membangun lumbung-lumbung pangan di perbatasan untuk memenuhi pasar negara-negara tetanggga.

“Pulau Jawa cukup memenuhi kebutuhan nasional. Sumatra memenuhi kebutuhan nasional tambah Sulsel. Tapi yang berada di perbatasan kita dorong orientasinya ekspor dan ekspor kita kita dorong ke pertanian organik,” ujar Mentan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement