REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan program Sekolah Sungai Papua Barat dan Aksi Bersih-Bersih Sungai Remu di Sorong, Papua Barat, Ahad (22/10). Program Sekolah Sungai diyakini efektif untuk mengurangi risiko bencana yang terutama berasal dari faktor hidrologi seperti banjir dan longsor.
Program sekolah sungai, kata Kepala BNPB Willem Rampangilei, telah dimulai sejak tiga tahun lalu secara nasional. Program ini melibatkan tiga pihak yakni masyarakat, pemerintah, bersama swasta. Sekolah informal ini memberikan pelatihan untuk pemulihan kondisi sungai.
"Harapannya partisipasi masyarakat sehingga masyarakat aware betapa pentingnya sungai bagi kehidupan manusia. Kalau sungainya baik akan kurangi dampak bencana," kata Willem dalam peluncuran Sekolah Sungai Papua Barat dan Aksi Bersih-Bersih Sungai Remu, di Sorong, Papua Barat, Ahad (22/10).
Pelibatan masyarakat secara aktif di Sekolah Sungai, kata dia, untuk melahirkan kesadaran dan interaksi antarwarga. "Sekolah ini diharapkan melahirkan kader pionir yang memiliki dedikasi komitmen tinggi untuk kembalikan ekosistem sungai, baik fungsi sosial, ekonomi, maupun fungsi edukasi sungai," kata dia.
Program Sekolah Sungai, kata dia, juga ingin mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber penghidupan manusia, di samping untuk irigasi, kehidupan flora fauna, dan sarana transportasi. Menurutnya, Sekolah Sungai sudah memiliki cerita sukses di Jawa Tengah. "Success story ini banyak juga, di Jawa Tengah yang bagus dan indah, tadinya pinggir sungai kotor sekali sekarang sudah bisa untuk tempat rekreasi," ujarnya.
Untuk memantau pelaksanaan Sekolah Sungai, BNPB memiliki bank data yang mencatat setiap sungai dalam program tersebut. Sehingga, program dapat terus berkelanjutan dengan pembinaan. " Kami berharap setelah dinyatakan Sekolah Sungai tidak hanya seremoni tapi terprogram sehingga berkelanjutan," ujarnya.
Program Sekolah Sungai dinilainya sangat penting dilakukan di wilayah rawan bencana. Willem mengatakan Papua Barat adalah salah satu provinsi rawan terhadap bencana karena keberadaan sesar Sorong.
Sementara itu, Asisten 1 Wali Kota Sorong, Ismail Latuconsina mengungkapkan Sekokah Sungai dilaksanakan di Kampung nelayan, Kelurahan Remu Selatan, Sorong yang warganya heterogen yakni warga Papua asli maupun pendatang. Kelurahan Remu Selatan merupakan salah satu dari 41 kelurahan di Kota Sorong yang terdiri dari 10 distrik. Dia mengakui kondisi sungai di wilayahnya sudah memprihatinkan.
"Kami akan evaluasi dan monitor terus program Sekolah Sungai ini," ujarnya.