Ahad 22 Oct 2017 23:45 WIB
Hari Santri

Santri Ngalap Berkah dengan Ngaji Kitab Kuning Bersama

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Karta Raharja Ucu
 Ribuan santri asal Sidoarjo mengikuti kegiatan ngaji kitab kuning bersama dalam rangka memperingati Hari Santri di GOR Delta Sidoarjo, Jalan Pahlawan, Magersari, Sidoarjo, Ahad (22/10).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ribuan santri asal Sidoarjo mengikuti kegiatan ngaji kitab kuning bersama dalam rangka memperingati Hari Santri di GOR Delta Sidoarjo, Jalan Pahlawan, Magersari, Sidoarjo, Ahad (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Abdurahman Fachrillah (26 tahun), peserta ngaji kitab kuning bersama dalam rangka memperingati hari santri mengatakan, kegiatan yang diikuti puluhan ribu santri sangat penting digelar secara rutin. Selain untuk mempererat silaturahim, kegiatan tersebut juga penting untuk merefleksikan perjuangan bangsa Indonesia.

"Dalam sejarah Indonesia kan para santri ikut berjuang bersama para ulama, para kiai. Jadi dengan adanya kegiatan ini mengingat kembali bagaimana para santri itu berjuang dengan gigih bersatu tanpa membeda-bedakan," kata Abdurahman kepada Republika.co.id di lokasi kegiatan, GOR Delta Sidoarjo, Jalan Pahlawan, Magersari, Sidoarjo, Ahad (22/10).
 
Santri asal Sidoarjo itu mengaku mengikuti kegiatan ngaji kitab kuning bersama agar bisa saling mengenal dengan santri-santri lainnya, terutama yang ada di Sioarjo. Abdurahman meyakini, semakin santri saling mengenal satu sama lain, akan semakin luas pula jaringannya.
Ribuan santri asal Sidoarjo mengikuti kegiatan ngaji kitab kuning bersama dalam rangka memperingati Hari Santri di GOR Delta Sidoarjo, Jalan Pahlawan, Magersari, Sidoarjo, Ahad (22/10). (Foto: Dadang Kurnia/ Republika)
 
Alasan lain Abdurahman mengikuti kegiatan tersebut adalah agar mendapatkan ijazah kolosal atas pembacaan kitab Nashoihul Ibad. Apalagi, ijazah tersebut diberikan Kiai Maruf Amin, yang merupakan cicit dari pengarang kitab Nashoihul Ibad, Syekh Nawawi Al Bantani.
 
"Kalau dihitung seberapa bangganya tidak ternilai. Seorang ulama pengarang kitab tersebut itu kan yang sudah sangat terkenal di kalangan santri pesantren dan kita dapat ijazah dari keluarga besarnya," ujar Abdurahman.
 
Namun, lanjut Abdurahman, yang lebih penting dari itu, dirinya mengkuti kegiatan tersebut adalah untuk mencari berkah. Apalagi, Abdurahman tidak pernah bertemu dan belajar langsung terhadap ualama pengarang kitab tersebut.
 
"Apalagi bagi kita yang enggak pernah bertemu langsung tidka sempat ngaji langsung. Jadi yang lebih penting adalah untuk mendapatkan berkahnya," kata Abdurahman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement