REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Kesehatan seorang tahanan Palestina, Hassan Showka (29 tahun) semakin memburuk saat ia memasuki hari ke-12 mogok makan. Hassan yang berasal dari kota Bethlehem, yang diduduki di Tepi Barat, ditangkap pada 29 September tanpa tuduhan untuk kedua kalinya berturut-turut.
Dia ditahan dalam penahanan administratif di penjara Ofer Israel. "Dia tidak memiliki hak kunjungan keluarga, jadi kami tidak dapat melihatnya, tapi kami berhubungan dengan pengacaranya yang dapat menemuinya sesekali," kata ayahnya, Hassanein Showka (57) seperti dilansir Aljazirah, Ahad (22/10).
Hassan juga telah ditolak haknya untuk melihat anggota keluarganya, termasuk anak balitanya. Penahanan administratif adalah prosedur hukum yang memungkinkan Israel memenjarakan orang-orang Palestina dari Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza tanpa tuduhan atau pengadilan hingga enam bulan.
Pihak berwenang Israel telah menggunakan prosedur ini selama lebih dari 50 tahun. Ini merupakan salah satu kekejaman Israel terhadap warga Palestina yang nyata.
"Pengacara yang berhasil menemui Hassan menggambarkan kepada kita keadaannya saat ini, namun seringkali kami tidak yakin apakah gambar yang digambarkan 100 persen akurat. Biasanya mereka ingin mengurangi rasa sakit kita," kata Hassanein.
"Mereka tidak ingin kami mengkhawatirkannya, tapi kami tahu dia tidak sehat," ujarnya.
Awal tahun ini, Hassan melakukan mogok makan lagi untuk memprotes penahanan administratif sebelumnya. Namun ia malah ditangkap lagi beberapa hari kemudian.
Saat ini, ada sekitar 600 tahanan administratif di penjara Israel, 16 di antaranya adalah anak-anak. Mogok makan hingga kelaparan telah lama digunakan sebagai cara untuk menekan Israel dalam memperbaiki kondisi kehidupan di penjara dan mendorong hak-hak dasar, termasuk kunjungan.