REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Situs budaya di Bangladesh diketahui kurang diapresiasi. Struktur arsitektur tempat-tempat penting disana sering diabaikan dan berakhir rusak karena kegagalan dalam merawatnya.
Misalnya bangunan-bangunan di Old Dhaka yang runtuh atau dengan paksa ditempati oleh orang-orang kuat ke berbagai situs bersejarah yang tersebar di seluruh negeri, negara tersebut sangat lalai ketika harus melindungi struktur fisik ini.
Laporan The Daily Star, Senin (23/10), menyoroti bagaimana Masjid Chhoto Sona berusia 500 tahun di Shibanj upazila dari Chapainawabganj, sisa-sisa dari saat Gaur menjadi ibu kota Bengal, berisiko rusak karena ratusan truk kargo menyusuri jalan yang berdekatan dengan bangunan tersebut setiap hari.
Getaran terus-menerus dari truk dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada pondasi masjid. Dan jika tidak terkendali, maka bisa berarti hilangnya integritas bangunan ratusan tahun yang telah bertahan selama ini.
Beruntung ada orang-orang yang membawa masalah ini menjadi pusat perhatian, dan memberi saran untuk membangun jalan pintas agar mengalihkan lalu lintas jauh dari masjid. Tapi, kurangnya inisiatif dan urgensi sangat mengkhawatirkan.
Pejabat Eksekutif Jalan Raya di distrik tersebut telah membicarakan jalan pintas yang akan dibangun pada akhirnya. Namun tidak diketahui kapan jalan tersebut selesai dibangun.
Pentingnya melestarikan sejarah kaya dan beragam dari tanah ini, di mana seni dan arsitektur terdapat dalam banyak bentuk, di mana pengaruh tanah dan penakluknya bergabung untuk menciptakan hal baru, tidak boleh hilang.
Di sisi praktisnya juga, situs-situs ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata. Jika tidak bertindak sekarang, maka Masjid Chhoto Sona mungkin hanya terdapat pada halaman-halaman buku sejarah. Inisiatif nasional untuk bertindak serius dalam melestarikan situs seperti ini sangat penting, lebih dari sebelumnya.