REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kesulitan bahan baku rotan yang dialami para pengrajin mebel rotan di Kabupaten Cirebon diduga akibat penyelundupan barang tersebut ke luar negeri. Para pengrajin mebel rotan pun mendesak pemerintah untuk menindak tegas para penyelundup tersebut.
"Sejak beberapa waktu lalu sampai sekarang sulit mencari bahan baku rotan," kata salah seorang pengusaha mebel rotan asal Kabupaten Cirebon, Sumartja, Selasa (24/10).
Padahal, Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 80 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia. Adapun daerah penghasil rotana itu dalah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua.
Sumartja mengungkapkan, pemerintah telah melarang ekspor bahan baku rotan ke luar negeri. Dia menilai, kesulitan bahan baku rotan yang dialami para pengusaha dan pengrajin mebel rotan di Kabupaten Cirebon disebabkan adanya penyelundupan rotan ke luar negeri, di antaranya ke Cina.
Sumartja berharap agar pemerintah bisa menindak tegas para penyelundup tersebut. Pasalnya, penyelundupan bahan baku rotan membuat industri mebel rotan di Indonesia menjadi kesulitan. "Saya minta pemerintah tegas (mengatasi penyelundupan bahan baku rotan, Red)," kata Sumartja.
Hal senada diungkapkan seorang pengusaha mebel rotan lainnya, Muhammad Akbar. Dia pun mengakui, kendala dalam memproduksi mebel rotan selama ini adalah sulitnya memperoleh bahan baku. "Susah cari bahan bagus. Harganya juga naik terus," kata Akbar.
Akbar menegaskan, hingga saat ini pemerintah masih menutup keran ekspor bahan baku rotan. Karenanya, jika ada pengiriman bahan baku rotan ke luar negeri, maka hal tersebut berarti ilegal.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Deni Agustine, menyebutkan, potensi ekspor mebel rotan dari Cirebon rata-rata mencapai 1.500 kontainer per tahun. Dia menyebutkan, Kabupaten Cirebon selama ini merupakan sentra industri mebel rotan terbesar di dunia. "Mebel rotan Cirebon pun pernah mencapai puncak kejayaan," kata Deni.